BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Silvikultur
merupakan cara-cara permudaan hutan secara
alami dan buatan, serta pemeliharaan tegakan sepanjang hidupnya. Silvikultur
dapat dianalogikan dengan ilmu agronomi dan holtikultura di pertanian, karena
silvikultur dapat juga membicarakan cara-cara membudidayakan tumbuhan, dalam
hal pohon – pohon hutan . Dalam pengertian lebih luas , silvikultur dapat
disebut Ilmu pembinaan hutan, dengan ruang lingkup mulai dari pembijian ,
persemaian, penanaman lapangan, pemeliharaan hutan, dan cara-cara permudaannya.
Teknik penyemaian secara langsung juga
dapat memanfaatan cabutan anakan alam (wildling). Benih yang jatuh di lantai
hutan mudah berkecambah dan dapat dimanfaatkan untuk pembuatan bibit.
Pencabutan sebaiknya setelah turun hujan dengan cara mencabut bagian leher akar
untuk menghindari kerusakan daerah perakaran. Pada lokasi persemaian yang
tergolong jauh sebaiknya memprakondisikan wildling/cabutan dibungkus dalam
karung basah atau pelepah pisang serta dapat menggunakan ice box.
Tujuannya adalah menjaga kesegaran cabutan dan menjaga kelembapan selama
pengangkutan dan kalau perlu di siram selama 4-6 jam sekali dengan air bersih.
Cabutan di bentuk dengan memotong 2/3 daun, untuk mengurangi penguapan daun
akar yang terlalu panjang di bentuk untuk memudahkan penyemaian di kantong
plastik.
Media tanam merupakan komponen utama
ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan
dengan jenis tanaman yang ingin
ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda
habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah
memiliki kelembapan dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam
harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara,
dan dapat menahan ketersediaan unsur hara. Penggunaan bahan organik sebagai
media tanam jauh lebih unggul dibandingkan dengan bahan anorganik. Hal itu
dikarenakan bahan organik sudah mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi
tanaman. Selain itu, bahan organik juga memiliki pori-pori makro dan mikro yang
hampir seimbang sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta
memiliki daya serap air yang tinggi.
Keuntungan menggunakan
polybag diantaranya yaitu biaya lebih murah untuk pembelian polybag dibandingkan
pot, mudah dalam perawatan, pengontrolan/pengawasan per individu tanaman lebih
jelas untuk pemeliharaan tanaman seperti serangan hama/penyakit, kekurangan
unsur hara, tanaman terhindar dari banjir, tertular hama/penyakit, polybag mampu
ditambahkan bahan organik/pupuk kandang sesuai takaran, menghemat ruang dan
tempat penanaman, komposisi media tanam dapat diatur, serta nutrisi yang
diberikan dapat langsung diserap oleh akar tanaman.
Adapun kerugiannya adalah benda
bermaterial plastik menyisakan masalah bagi lingkungan. Selain itu, kelemahan
menggunakan polybag adalah polybag mempunyai daya tahan terbatas
(maksimal 2-3 tahun) atau 2-3 kali pemakaian untuk media tanam, kurang cocok
untuk usaha skala besar, produktivitas tidak maksimal dibandingkan pada lahan,
media tanam akan terkuras/berkurang unsur organik dan media lainnya. Kebanyakan
polybag terbuat dari polyethylene yang merupakan produk dari industri
minyak bumi. Tidak hanya ada masalah dengan daya urai kantong plastik ini,
tetapi juga masalah bahan kimia yang dilepaskan sebagai bagian dari proses
pembusukan, organo-chlorine (sangat beracun), methane (gas rumah kaca yang
memberikan kontribusi untuk pemanasan global) dan nitrous oxide
Skarifikasi benih merupakan perlakukan pendahuluan terhadap
benih, sehingga benih akan cepat berkecambah secara optimal. Ada benih yang
mampu tumbuh tanpa skarifikasi, tetatpi ada pula yang memerlukan skarifikasi,
baru dapat tumbuh. Skarifikasi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu skarifikasi
fisik, skafifikasi kimia, dan skarifikasi fisiologis untuk menentukan tipe
skarifikasi yang tepat, tentunya harus dicermati sifat-sifat dari suatu benih.
Suatu benih dapat mengalami dormansi yaitu suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan
yang tidak mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan
suatu reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat
bersifat mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi.
Persemaian adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses
benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di
lapangan. Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan awal di lapangan dari
kegiatan penanaman hutan karena itu sangat penting dan merupakan kunci pertama
di dalam upaya mencapai keberhasilan penanaman hutan. Penanaman benih ke
lapangan dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung yang berarti
harus disemaikan terlebih dahulu di tempat persemaian.
Penanaman secara langsung ke lapangan biasanya dilakukan
apabila biji-biji (benih) tersebut berukuran besar dan jumlah persediaannya
melimpah. Meskipun ukuran benih besar tetapi kalau jumlahnya terbatas, maka
benih tersebut seyogyanya disemaikan terlebih dulu. Pemindahan/penanaman bibit
berupa semai dari persemaian ke lapangan dapat dilakukan setelah semai-semai
dari persemaian etahtersebut sudah kuat (siap ditanam).eng
1.2.
Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukannya praktikum silvikultur adalah:
a. Untuk mengetahui pertumbuhan semai jarak
pada media tanam yang berbeda
b. Untuk mengetahui pengaruh media tanam
terhadap pertumbuhan semai jarak.
1.3 Manfaat
Praktikum
Manfaat yang
diperoleh dari praktikum silvikultur adalah mahasiswa dapat mengamati dan mengetahui
secara langsung cara-cara dalam melakukan persemaian, serta pengaruh media
tanam terhadap pertumbuhan semai jarak dengan menggunakan tiga komposisi media
tanah yang berbeda.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman
Jarak
Jarak pagar (Jatropha
curcas L., Euphorbiaceae) merupakan tumbuhan semak berkayu yang banyak
ditemukan di daerah tropik. Tumbuhan ini dikenal sangat tahan kekeringan dan
mudah diperbanyak dengan stek. Walaupun telah lama dikenal sebagai
bahan pengobatan
dan racun,
saat ini ia makin mendapat perhatian sebagai sumber bahan bakar hayati untuk
mesin diesel
karena kandungan minyak bijinya. Peran yang agak
serupa sudah lama dimainkan oleh kerabatnya, jarak pohon
(Ricinus communis), yang bijinya menghasilkan minyak campuran untuk pelumas.
Tumbuhan ini dikenal dengan berbagai nama di Indonesia:
jarak kosta, jarak budeg (Sunda);
jarak gundul, jarak pager (Jawa); kalekhe paghar
(Madura);
jarak pager (Bali);
lulu mau, paku kase, jarak pageh (Nusa Tenggara); kuman
nema (Alor);
jarak kosta, jarak wolanda, bindalo, bintalo, tondo
utomene (Sulawesi);
ai huwa kamala, balacai, kadoto (Maluku).
Tanaman jarak mudah beradaptasi terhadap lingkungan
tumbuhnya, dapat tumbuh baik pada tanah yang kurang subur asalkan memiliki
drainase baik (tidak tergenang) dengan pH tanah optimal 5.0–6.5. Tanaman jarak pagar merupakan tanaman
tahunan jika dipelihara dengan baik dapat hidup lebih dari 20 tahun.
Ia sanggup menghasilkan secara ekonomis pada tempat dengan curah hujan hanya
empat bulan, berbeda dari kelapa sawit yang memerlukan curah hujan konstan
untuk hasil terbaiknya.
Bahan tanaman dapat berasal dari stek cabang atau batang,
maupun benih. Jika menggunakan stek dipilih cabang atau batang yang telah cukup
berkayu. Untuk benih dipilih dari biji yang telah cukup tua yaitu diambil dari
buah yang telah masak biasanya berwarna hitam.
Pembibitan dapat dilakukan di polibag atau di bedengan yang
diberi naungan. Setiap polibag diisi media tanam berupa tanah lapisan atas (top
soil) dan dapat dicampur pupuk kandang. Setiap polibag ditanami satu bibit Lama pembibitan 2–3
bulan. Penanaman dapat juga dilakukan secara langsung di lapangan (tanpa
pembibitan) dengan menggunakan stek cabang atau batang.
Kegiatan persiapan lahan meliputi pembukaan lahan, pengajiran, dan pembuatan lubang tanam.
Penanaman dengan kerapatan 1600 sampai 3400 pohon per ha (jarak tanam 2 m × 3 m
sampai 1.5 m × 2 m). Pada areal yang miring sebaiknya digunakan sistem kontur.
Lubang tanam dibuat biasanya dengan ukuran 40 cm × 40 cm × 40 cm.
Penanaman bibit sehat dengan ketinggian melebihi 50 cm
dilakukan pada awal atau selama musim penghujan sehingga kebutuhan air bagi
tanaman cukup tersedia. Pemupukan dapat dilakukan sesuai tingkat kesuburan
tanah setempat. Pemberian pupuk organik disarankan untuk memperbaiki struktur
tanah. Perawatan mencakup pengairan, pemangkasan, dan pembersihan dari gulma.
Perlindungan dari hama dan penyakit dilakukan bila terjadi serangan besar.
Jarak pagar relatif tidak memiliki pengganggu.
Bunga terbentuk setelah umur 3 – 4 bulan, sedangkan
pembentukan buah mulai pada umur 4 – 5 bulan. Pemanenan dilakukan jika buah
telah masak, dicirikan kulit buah berwarna kuning dan kemudian mulai mengering.
Biasanya buah masak setelah berumur 5 – 6 bulan. Produksi maksimum baru
tercapai pada usia tanam enam tahun, dan akan terus menghasilkan secara
ekonomis sampai 20 tahun.
Cara pemanenan dengan memetik buah yang telah masak dengan
tangan atau gunting. Produktivitas per pohon jarak pagar berkisar antara 3.5 –
4.5 kg biji per tahun. Dengan tingkat populasi tanaman antara 2500 – 3300 pohon
/ ha, dapat dihasilkan 10 ton buah per tahun. Dengan rendemen rata-rata minyak
sebesar 35% maka setiap ha lahan dapat diperoleh 2.5 – 5 ton minyak per
tahun.Untuk mengganti 20% diesel dengan biodiesel dari jarak pagar diperlukan
sekitar 3,5 juta hektare luas penanaman.
2.2. Pertumbuhan
Secara
umum, pertumbuhan didefinisikan
sebagai proses pembelahan dan pemanjangan sel. Pertumbuhan tanaman dalam
arti terbatas menunjuk pada pertambahan ukuran yang tidak
dapat balik, mencerminkan pertambahan protoplasma dan
bobot kering pada tanaman. Pertambahan
bobot kering umumnya digunakan sebagai penunjuk ciri pertumbuhan karena pada
umumnya hal tersebut mempunyai kepentingan ekonomi yang
paling besar. Adapun parameter lain di antaranya adalah tinggi,volume, dan luas daun juga dapat digunakan untuk mendeteksi adanya pertumbuhan pada tanaman. Adapun parameter lain yaitu bobot basah tidak banyak digunakan karena
angkanya berfluktuasi walaupun
pada kepentingan tertentu, parameter ini menjadi penting daripada bobot kering (digabung
dengan faktor kualitas) terutama pada studi dan produksi hortikultura.
Tanaman mempunyai
faktor-faktor yang akan sangat mempengaruhi dalam pertumbuhannya, nah ada yang
namanya faktor internal maupun faktor eksternal pada tumbuhan.
a. Faktor internal
1.
Genetik
Genetik
adalah faktor pembawa sifat menurun yang terdapat di dalam setiap sel makhluk
hidup baik manusia maupun tumbuhan.
2.
Hormon ( zat tumbuh )
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman selanjutnya adalah Hormon yaitu senyawa organik (zat kimia)
yang terdapat pada makhluk hidup yang mempengaruhi reproduksi, metabolisme
serta pertumbuhan dan perkembangan.
b. Faktor eksternal
1.
Nutrisi
Pada
tumbuhan, nutrisi yang diperlukan berupa air dan zat-zat hara yang terlarut
didalamnya yang dirubah melalui proses fotosintesis menjadi zat-zat makanan.
2.
Lingkungan
Faktor
lingkungan yang akan sangat berperan mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan adalah : suhu
udara, cahaya, dan kelembaban.
2.3. Skarifikasi Benih
Pemecahan dormansi dan penciptaan
lingkungan yang cocok sangat perlu untuk memenuhi proses perkecambahan. Benih
yang mempunyai kulit biji tidak permeable dapat dirangsang dengan mengubah
kulit biji untuk membuat permeable terhadap gas–gas dan air (Lita Sutopo,
1985). Perkecambahan benih dipengaruhi oleh dua faktor (S. Sadjad, 1980) yaitu faktor dari dalam (faktor
genetik) berupa
tingkat pemasakan benih dan kulit benih dari luar (faktor lingkungan) yaitu
pengaruh suhu, cahaya, air dan media tumbuh.
Dormansi dapat disebabkan oleh berbagi
faktor antara lain impermeabilitas kulit biji baik terhadap air atau gas
ataupun karena resistensi kulit biji terhadap pengaruh mekanis, embrio
rudimenter, dormasi sekunder dan bahan bahan penghambat perkecambahan. Tetapi
dengan perlakuan khusus maka benih dorman dapat dirangsang untuk berkecambah. Benih dikatakan dorman apabila benih
tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah waalaupun diletakkan pada
keadaan yang secara umum dinggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu
perkecambahan.
Dormansi pada benih dapat berlangsung selama beberapa hari,
semusim bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan
dormansinya. Pertumbuhan tidak akan pernah terjadi selama benih belum melalui
masa dormansinya, atau sebelum dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap benih
tersebut. Dormansi dapat dipandang sebagai salah satu keuntungan biologis dari
benih daalam mengadaptasikan siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan
lingkungannya, baik musim maupun variasi-variasi yang kebetulan terjadi.
Sehingga secara tidak langsung benih dapat menghindarkan dirinya dari
kemusnahan alam. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik kulit
biji ataupun keadaan fisiologi dari embrio atau kombinasi dari kedua keadaan
tersebut. Sebagai contoh kulit biji yang impermeable terhadap air dan gas
sering dijumpai pada benih-benih dari famili Legumnoseae.
Tipe-tipe dormansi antara lain, dormansi yang disebabkan
oleh impermeabilitas kulit biji terhadap air, resistensi mekanis kulit biji
terhadap pertumbuhan embrio, permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap
gas-gas. Dormansi fisiologi yang disebabkan oleh immaturity embrio, after
ripening, dormansi sekunder, dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolis
pada embrio.
Skarifikasi mampu mempercepat proses perkecambahan karena
adanya penipisan kulit benih agar lebih mudah melakukan imbibisi, sementara
KNO3 berperan dalam mengaktifkan metabolisme sel dan mempercepat perkecambahan.
Skarifikasi manual kulit biji dapat dilakukakan melalui penusukan, penggoresan,
pemecahan, pengikiran atau pembakaran, dengan bantuan pisau, jarum, kikir,
kertas gosok, atau lainnya adalah cara yang paling efektif untuk mengatasi
dormansi fisik. Karena setiap benih yang ditangani secara manual, dapat
diberikan perlakuan individu sesuai dengan ketebalan biji. Pada hakekatnya
semua benih dibuat permeable dengan resiko kerusakan yang kecil, asalkan dearah
radikel tidak rusak.
Seluruh permukaan kulit biji dapat dijadikan titik
penyerapan air. Pada benih legume, lapisan sel palisade dari kulit biji
menyerap air dan proses pelunakan menyebar dari titik ini keseluruh permukaan
kulit biji dalam beberapa jam. Pada saat yang sama embrio menyerap air.
Skarifikasi manual efektif pada seluruh permukaan biji tetapi daerah
microphylar dimana terdapat radicle, harus dihindari. Kerusakan pada daerah ini
dapat merusak benih, sedangkan kerusakan pada kotiledon tidak akan mempengaruhi
perkecambahan. (Kremer, 1990).
2.4.
Persemaian
Salah satu usaha untuk memperoleh hasil pertumbuhan semai
secara optimal ialah dengan cara pemupukan. Pemupukan dimaksudkan supaya kadar
unsur hara dalam tanah/medium semai dipertinggi; dan dapat merubah keadaan
fisik, kimiawi dan hayati dari tanah sehingga sesuai dengan tuntutan semai atau
secara sederhana, pemupukan persemaian bertujuan untuk meningkatkan produkfitas
tanah agar diperoleh hasil semai yang meningkat ( Suharriyanto dan Wasitohadi,
1980).
Adanya sumber air dan persediaan dalam jumlah yang cukup di
dekat persemaian sangat memudahkan keberhasilan persemaian. Pada umumnya sumber
air di dalam kawasan hutan adalah berupa sungai, mata air dan air dalam tanah,
juga sumber air berupa air hujan merupakan sumber air yang banyak diharapkan
oleh para pengelola persemaian.
Perkecambahan
adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang memiliki
kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Komponen biji
tersebut adalah bagian kecambah yang terdapat didalam biji, misalnya radikula
dan plumula.
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologinya
tercapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum mempunyai cadangan
makanan yang cukup serta pembentukan embriobelum sempurna (Sutopo, 2002). Pada
umunya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sekitar 20 persen, maka
benih tersebut juga telah mencapai masak fisiologis atau masak fungsional dan
pada saat itu benih mencapai berat kering maksimum, daya tumbuh maksimum
(vigor) dan daya kecaambah maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai
mutu tertinggi. (Harjadi. 1979).
Benih
yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak
dibandingkan dengan yang kecil pad jenis yang sama. Cadangan makanan yang
terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber energi baagi
embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002). Berat benih berpengaruh terhadap
kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih menentukan besarnya
kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada dipanen.
Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan benih
dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun dipermukaan benih,
adanya larutan dengan nilai osmotic yang tinggi serta bahan yang menghambat
lintasan metabolic atau menghambat laju respirasi. Penyerapan air oleh benih di
pengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah
air yang tersedia pada media disekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan
bervariasi tergantung kepda jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air turut
dipengaruhi oleh suhu.
Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya
bervariasi tergantung pada jenis tanaman. Adapun
besar pengaruh cahaya terhadap perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya,
kualitas cahaya, lamanya penyinaran.
Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat
fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari
organisme penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo, 2002).
2.5. Penyediaan Media Tanam
Media tanam adalah
tempat tumbuhnya tanaman penunjang perakaran. Dari media tanam inilah tanaman
menyerap makanan berupa unsur hara melalui akarnya.Beberapa Media tanam yang
dapat di gunakan adalah campuran antara tanah,Sekam padi,serbuk kayu,jabuk kayu
dan akar pakis/perdang.Tapi,pada praktek yang diadakan kali ini, hanya menggunakan Media tanam berupa
tanah kotoran sapid an serbuk gragaji .Sedangkan peralatan lainnya yang di
gunakan adalah ayakan,cangkul dan akro.
Unsur-unsur yang penting dan harus
tersedia adalah N,P,K. N berfungsi mempercepat pertumbuhan klorofil ,menambah
lebar daun, besarnya benih. Dosis yang digunakan tergantung pada varietas benih
dan keadaan tanah. Pupuk P berfungsi untuk pembentukan akar, pertumbuhan
tanaman, menstimulasi pembentukan buah dan mempercepat panen. Unsur P
berpengaruh untuk kandungan total benih terutama dalam bentuk Fitin. Fitin
berfungsi sebagai cadangan fosfor dan untuk pemeliharaan energi yang diperlukan
untuk perkecambahan (Harjadi.
1979).
Media tanam dapat didefinisikan sebagai
kumpulan bahan atau substrat tempat tumbuh benih yang disebarkan atau ditanam.
Media tanam banyak macam ragamnya, dapat merupakan campuran dari bermacam-macam
bahan atau satu jenis bahan saja asalkan memenuhi beberapa persyaratan, antara
lain cukup baik dalam memegang air, bersifat porous sehingga air siraman tidak
menggenang (becek), tidak bersifat toksik (racun) bagi tanaman, dan yang paling
penting media tanam tersebut cukup mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan
bagi pertumbuhan tanaman.
Disamping memberikan dukungan secara
fisik pada tanaman, tanah merupakan sumber mineral dan air bagi tanaman.
Kondisi tanah dan mineral dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Lingkungan
atmosfer harus tersedia pada kedalaman yang cukup dalam tanah sehingga akar
tanaman dapat memperoleh oksigen yang dibutuhkan untuk respirasi secara
langsung dari udara.
Pemberian pupuk kandang yang berupa
pupuk kotoran ayam diharapkan akan dapat membantu menetralkan pH tanah,
menetralkan racun akibat adanya logam berat dalam tanah, memperbaiki struktur
tanah menjadi lebih gembur, membantu penyerapan hara dari pupuk kimia yang
ditambahkan, membantu mempertahankan suhu tanah sehingga fluktuasi tidak
tinggi, mendorong kehidupan jasad renik, dan sebagai sumber unsur mikro yang
dibutuhkan tanaman, sehingga keseimbangan unsur hara di dalam tanah menjadi
lebih baik. Semakin baiknya kondisi fisik tanah dan semakin meningkat kandungan
unsur hara di dalam tanah menyebabakan laju pertumbuhan fotosintesis meningkat
dan tersedia fotosintat yang cukup untuk meningkatkan jumlah polong isi per
tanaman.
2.6. Pengaruh Ukuran Container/Polybag Terhadap Pertumbuhan
Tanaman
Polybag yang mempunyai
bahan dasar plastik dapat merusak lingkungan tanah. Polybag memerlukan
waktu yang sangat lama untuk dapat didegradasi oleh mikroorganisme di dalam tanah.
Meskipun polybag dapat digunakan sebagai media tanam untuk tanaman, saat
ini penggunaan polybag sangatlah tidak ramah lingkungan. Hal ini
dikarenakan bahan dasar polybag ini terbuat oleh polyethylene,
yaitu molekul polimer yang sangat panjang dan besar serta terikat dengan sangat
kuat sehingga sulit dipisahkan atau diasimilasi oleh bakteri dekomposer
(Marzoeki 1995).
Penggunaan polybag sebagai wadah bibit sudah banyak
dilakukan dan merupakan wadah yang paling umum digunakan oleh produsen bibit
maupun oleh peneliti, karena harganya murah dan mudah diperoleh. Ukuran polybag
yang digunakan dapat disesuaikan dengan kebutuhan / sesuai umur tanaman /
bibit. Kaitannya dengan penelitian ini, ternyata polybag memberikan
pertumbuhan yang lebih baik bagi bibit tanaman, mungkin disebabkan pertumbuhan
akar yang ada dalam polybag lebih leluasa berkembang (Benyamin
Lakitan, 2000).
Menurut Aminuddin (2003) semakin besar wadah atau ukuran polybag
yang digunakan, jumlah media atu bobot media yang digunakan semakin banyak sehingga
dapat membuat akar leluasa untuk berkembang. Selanjutnya dia menyatakan bahwa
pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan media tanaman berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman. Kondisi media yang mampu menahan air serta kemampuan akar
menyerap air dan mineral. Berdasarkan pengamatan secara visual terhadap akar
pada akhir pengamatan, perlakuan ukuran polybag 40 cm x 40 cm memberikan
pertumbuhan yang baik terhadap akar. Hal ini terlihat dari kondisi rambut akar
yang berpengaruh menyebar, yang artinya polybag 40 cm x 40 cm memberikan
ruang untuk menyediakan oksigen dan air hingga akhir pertumbuhan tanaman.
Ukuran polybag bermacam – macam disesuaikan dengan jenis dan
umur tanaman. Keuntungan penggunaan polybag antara lain komposisi media dapt
diatur, efesien dalam penyiraman dan pemupukan, tanaman dapat berpindah –
pindah, pertumbuhan gulma dapat dikendalikan dan tidak memerlukan lahan yang
luas, serta nutrisi yang diberikan dapat diserap oleh akar secara optimal.
Penentuan ukuran polybag yang cocok untuk pertumbuhan tanaman diharapkan dapt
meningkatkan produktivitas tanaman dan efisiensi dalam penggunaan media dan
nutrisi.
BAB
3
METODE
PENELITIAN
3.1 Waktu dan
Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 23
oktober 2014 dan pengambilan data di mulai pada tanggal 2 Desember 2014 di
Laboratorium silvikultur.
3.2
Alat dan Bahan
No
|
Alat dan bahan
|
Kegunaan
|
1
|
Wadah persemaian
|
Tempat untuk menyamaikan benih
|
2
|
Polybag
|
Tempat untuk menanam bibit
|
3
|
Wadah ukur
|
Mengukur komposisi media tanam
|
4
|
Papan pengalas
|
Tempat untuk mencampur media tanam
|
5
|
Sarung tangan
|
Untuk melindungi tangan saat pencampuran media tanam
|
6
|
Gayung
|
Menyiram semai
|
7
|
Mistar
|
Mengukur semai
|
8
|
Tally sheet
|
Mencatat hasil pengukuran
|
9
|
Camera
|
Mengambil gambar
|
Alat
dan bahan yang digunakan pada praktikum ini, dapat dilihat pada tabel berikut:
3.3 Prosedur Kerja
Dalam melaksanakan praktikum ini, adapun prosedur
kerjanya sebagai berikut:
1. Penyediaan
Media Tanam
a. Siapkan media tanam yang pertama dengan mencampurkan
tanah (70%), pupuk (20%), dan serbuk gragaji (10%). Ketiga komposisi ini harus
dicampurkan dengan rata setelah itu dimasukan kedalam polybag dan ditekan
sampai padat.
b. Media tanam kedua dengan komposisi campuran tanah
(60%), pupuk (20%), dan serbuk gragaji (20%).
c. Media tanam ketiga dengan komposisi campuran tanah
(50%), pupuk (30%),dan serbuk gragaji (20%).
2. Siapkan biji tanaman jarak yang akan disemaikan.
Pilihlah biji yang terbaik yang akan disemaikan.
3. Rendamlah biji sebelum diletakkan pada tempat
persemaian.
4. Setelah biji disemaikan, masukan kedalam ruangan agar
persemaiannya dapat tumbuh dengan cepat. Sebisa mungkin setiap hari biji yang
disemaikan disiram.
5. Setelah biji ditaburkan pada tempat persemaian selama
satu minggu. Pindahkan ke polybagyang telah disiapkan sebelummnya. Jumlah
polybag yang digunakan sebanyak 30 dengan komposisi media tanam yang telah
ditentukan.
6. Saat biji yang berkecambah sudah dipindahkan ke dalam
polybag, letakan diluar agar terkena sinar matahari. Usahkan agar disiram
setiap hari.
7. Amatilah pertambahan tinggi pada semai tersebut dengan
mengukur menggunakan mistar dan buatkan tallysheet agar hasil pengukuran dapat
ditulis.
8. Lakukan pengukuran selama satu bulan dan catatlah
hasilnya.
3.4.
Analisis Data
Dalam melakukan praktikum ini, ada beberapa analisis data
yang digunakan yaitu:
a.
Tinggi
Rata-Rata
Untuk mencari tinggi rata-rata semai rumus yang digunaran
adalah:
X =
Keterangan:
X :
Tinggi rata-rata
N :
Banyaknya data
: Jumlah seluruh Data
BAB
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil
praktikum dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel
1. Pengukuran tinggi semai pada media tanam A.
Polibag
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
Nilai Terendah
|
1,2
|
1
|
1,5
|
0,5
|
1
|
1,3
|
0
|
2,3
|
0
|
0,5
|
Nilai Tertinggi
|
19,5
|
21,5
|
16,7
|
21,2
|
19,5
|
24,8
|
24,9
|
25,3
|
19.5
|
29.5
|
rata-rata setiap polibag
|
12
|
16,25
|
9,88
|
11
|
13.18
|
17,17
|
15,71
|
17,9
|
11,22
|
13,8
|
Rata-Rata Semua polibag
|
13,32
|
Perbandingan
tinggi rata-rata pada setiap polibag di media tanam A dapat dilihat pada grafik
berikut:
Tabel 2. Pengukuran tinggi semai pada media tanam B.
Polibag
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
Nilai Terendah
|
0,5
|
0,5
|
0,5
|
0,7
|
0,3
|
0,7
|
0,5
|
1
|
0,3
|
0,5
|
Nilai Tertinggi
|
23,5
|
21,4
|
28
|
15
|
23,1
|
23,2
|
13,2
|
24,4
|
22,9
|
22,1
|
rata-rata setiap polibag
|
15,2
|
15,13
|
16,24
|
9,73
|
14,30
|
15,48
|
9,60
|
16,18
|
15,25
|
15,93
|
Rata-Rata Semua polibag
|
14,30
|
Perbandingan
tinggi rata-rata pada setiap polibag di media tanam B dapat dilihat pada grafik
berikut:
Tabel.3. Hasil Pengukuran Tinggi Semai Jarak Pada Media Tanam C
Polibag
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
Nilai Terendah
|
0
|
0,5
|
0
|
1,2
|
0
|
1,5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Nilai Tertinggi
|
24,2
|
17,9
|
13,9
|
20,9
|
16,9
|
21,8
|
24
|
27
|
21
|
16,1
|
Rata-Rata Setiap polibag
|
13,83
|
10,46
|
7,54
|
13,02
|
9,92
|
14,57
|
14,2
|
17,54
|
12,74
|
9,65
|
Rata-Rata Semua polibag
|
15,08
|
Perbandingan
tinggi rata-rata pada setiap polibag di media tanam C dapat dilihat pada grafik
berikut:
Perbandingan
tinggi rata-rata pada ketiga media tanaqm dapat dilihat pada tabel berikut:
No
|
Media Tanam
|
Tinggi Rata-Rata
|
1
|
A
|
13,32
|
2
|
B
|
14.
|
3
|
C
|
15.08
|
Berdasarkan tabel diatas perbandingan tinggi rata-rata
pada ketiga media tanam dapat dilihat
pada diagram berikut:
Berdasarkan
hasil pengukuran tinggi semai jarak pada tiga komposisi media tanam yang berbeda
seperti pada ketiga tabel diatas, diketahui bahwa pertambahan tinggi semai pada
media tanam A dengan komposisi berikut: tanah (70%), pupuk organik (20%), dan
serbuk gragaji (10%) memiliki tinggi rata-rata dari tanggal 1-30 november 2014
adalah 13,23 cm (hasil perhitungan pada lampiran 1). Pada media tanam B dengan
komposisi tanah (60%), pupuk organik (20%), dan serbuk gragaji (20%) memiliki
tiga rata-rata dari tanggal 1-30 november 2014 adalah 14,30 cm (hasil
perhitungan pada lampiran 2). Sedangkan untuk media tanam C dengan komposisi tanah
(50%), pupuk organik (30%), dan serbuk gragaji (20%) memiliki tinggi rata-rata
adalah 15.05 cm (hasil perhitungan pada lampiran 3). Berdasarkan hasil
perhitungan yang diperoleh dari ketiga media tanam yang berbeda menunjukan
bahwa adanya perbedaan tinggi semai pada masing-masing media tanam. Pertumbuhan
tertinggi terjadi pada semai dengan komposisi media tanam C karena perbandingan
antara tanah, pupuk, dan serbuk gragaji seimbang sehingga proses pertumbuhan
pada semai dapat berlangsung dengan baik dan cepat. Pertumbuhan terendah
terjadi pada semai dengan komposisi media tanam A karena perbandingan antara
tanah, pupuk, dan serbuk gragaji tidak seimbang dimana tanah organik terlalu
banyak sedangkan pupuk dan serbuk gragaji sedikit.
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum silvikultur diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
a. Tinggi rata-rata
semai jarak dari hasil pengukuran pada media tanam A adalah 13.23. media tanam
B 14.30, dan media tanam C adalah 15.05
b. Media yang
paling cocok untuk pertumbuhan semai jarak adalah media C dengan komposisi
media tanam sebagai berikut: Tanah (50%), pupuk organik (30%), dan serbuk
gragaji (20%).
5.2. Saran
Setelah
melakukan praktikum ini disarankan agar dalam melakukan persemaian sangat perlu
untuk memperhatikan media tanam yang digunakan karena pertumbuhan semai sangat
tergantung pada komposisi media tanam yang digunakan.
Daftar Pustaka
Benyamin Lakitan, 2000. Dasar-dasar Fisiologi
Tumbuhan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Hardjowigeno, Sarwono. 2003. Ilmu Tanah.
Jakarta : Akademika Pressindo.
Harjadi.
1979. Koperasi Pemasaran Hortikultura: Keberhasilan dan Kendala. Media
Komunikasi dan Informasi. April No. 16 Vol. IV, hal. 31.
Mardiansyah, M dan Rosmimi. 2012. Penuntun
Praktikum Silvikultur. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Riau,
Pekanbaru.
Redaksi
Agromedia. 2007. Kunci Sukses Memperbanyak Tanaman. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Cet. Ke-3 2008.
Perbanyakan Tanaman Dengan Stump/Cabutan. From : Http://Dendodaus.Blogspot.Com/2011/04/Perbanyakan-Tanaman-Dengan-Stumpcabutan.Html (Diakses
tanggal 20/11/2012)
http://forestisourbreath.wordpress.com/2012/06/27/laporan-silvikultur-tehnik-pemindahan-anakan-dan-penanaman/
(Diakses tanggal 21/11/2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar