Minggu, 21 Desember 2014

laporan silvikultur



BAB 1
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Silvikultur merupakan cara-cara permudaan hutan secara alami dan buatan, serta pemeliharaan tegakan sepanjang hidupnya. Silvikultur dapat dianalogikan dengan ilmu agronomi dan holtikultura di pertanian, karena silvikultur dapat juga membicarakan cara-cara membudidayakan tumbuhan, dalam hal pohon – pohon hutan . Dalam pengertian lebih luas , silvikultur dapat disebut Ilmu pembinaan hutan, dengan ruang lingkup mulai dari pembijian , persemaian, penanaman lapangan, pemeliharaan hutan, dan cara-cara permudaannya.
Teknik penyemaian secara langsung juga dapat memanfaatan cabutan anakan alam (wildling). Benih yang jatuh di lantai hutan mudah berkecambah dan dapat dimanfaatkan untuk pembuatan bibit. Pencabutan sebaiknya setelah turun hujan dengan cara mencabut bagian leher akar untuk menghindari kerusakan daerah perakaran. Pada lokasi persemaian yang tergolong jauh sebaiknya memprakondisikan wildling/cabutan dibungkus dalam karung basah atau pelepah pisang serta dapat menggunakan ice box. Tujuannya adalah menjaga kesegaran cabutan dan menjaga kelembapan selama pengangkutan dan kalau perlu di siram selama 4-6 jam sekali dengan air bersih. Cabutan di bentuk dengan memotong 2/3 daun, untuk mengurangi penguapan daun akar yang terlalu panjang di bentuk untuk memudahkan penyemaian di kantong plastik.
Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara. Penggunaan bahan organik sebagai media tanam jauh lebih unggul dibandingkan dengan bahan anorganik. Hal itu dikarenakan bahan organik sudah mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman. Selain itu, bahan organik juga memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang tinggi.
Keuntungan menggunakan polybag diantaranya yaitu biaya lebih murah untuk pembelian polybag dibandingkan pot, mudah dalam perawatan, pengontrolan/pengawasan per individu tanaman lebih jelas untuk pemeliharaan tanaman seperti serangan hama/penyakit, kekurangan unsur hara, tanaman terhindar dari banjir, tertular hama/penyakit, polybag mampu ditambahkan bahan organik/pupuk kandang sesuai takaran, menghemat ruang dan tempat penanaman, komposisi media tanam dapat diatur, serta nutrisi yang diberikan dapat langsung diserap oleh akar tanaman.
Adapun kerugiannya adalah benda bermaterial plastik menyisakan masalah bagi lingkungan. Selain itu, kelemahan menggunakan polybag adalah polybag mempunyai daya tahan terbatas (maksimal 2-3 tahun) atau 2-3 kali pemakaian untuk media tanam, kurang cocok untuk usaha skala besar, produktivitas tidak maksimal dibandingkan pada lahan, media tanam akan terkuras/berkurang unsur organik dan media lainnya. Kebanyakan polybag terbuat dari polyethylene yang merupakan produk dari industri minyak bumi. Tidak hanya ada masalah dengan daya urai kantong plastik ini, tetapi juga masalah bahan kimia yang dilepaskan sebagai bagian dari proses pembusukan, organo-chlorine (sangat beracun), methane (gas rumah kaca yang memberikan kontribusi untuk pemanasan global) dan nitrous oxide
Skarifikasi benih merupakan perlakukan pendahuluan terhadap benih, sehingga benih akan cepat berkecambah secara optimal. Ada benih yang mampu tumbuh tanpa skarifikasi, tetatpi ada pula yang memerlukan skarifikasi, baru dapat tumbuh. Skarifikasi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu skarifikasi fisik, skafifikasi kimia, dan skarifikasi fisiologis untuk menentukan tipe skarifikasi yang tepat, tentunya harus dicermati sifat-sifat dari suatu benih. Suatu benih dapat mengalami dormansi yaitu suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi.
Persemaian adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di lapangan. Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan awal di lapangan dari kegiatan penanaman hutan karena itu sangat penting dan merupakan kunci pertama di dalam upaya mencapai keberhasilan penanaman hutan.  Penanaman benih ke lapangan dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung yang berarti harus disemaikan terlebih dahulu di tempat persemaian.
Penanaman secara langsung ke lapangan biasanya dilakukan apabila biji-biji (benih) tersebut berukuran besar dan jumlah persediaannya melimpah. Meskipun ukuran benih besar tetapi kalau jumlahnya terbatas, maka benih tersebut seyogyanya disemaikan terlebih dulu. Pemindahan/penanaman bibit berupa semai dari persemaian ke lapangan dapat dilakukan setelah semai-semai dari persemaian etahtersebut sudah kuat (siap ditanam).eng
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukannya praktikum silvikultur  adalah:
a. Untuk mengetahui pertumbuhan semai jarak pada media tanam yang berbeda
b. Untuk mengetahui pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan semai jarak.
1.3 Manfaat Praktikum
            Manfaat yang diperoleh dari praktikum silvikultur adalah mahasiswa dapat mengamati dan mengetahui secara langsung cara-cara dalam melakukan persemaian, serta pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan semai jarak dengan menggunakan tiga komposisi media tanah yang berbeda.
      


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Jarak
Jarak pagar (Jatropha curcas L., Euphorbiaceae) merupakan tumbuhan semak berkayu yang banyak ditemukan di daerah tropik. Tumbuhan ini dikenal sangat tahan kekeringan dan mudah diperbanyak dengan stek. Walaupun telah lama dikenal sebagai bahan pengobatan dan racun, saat ini ia makin mendapat perhatian sebagai sumber bahan bakar hayati untuk mesin diesel karena kandungan minyak bijinya. Peran yang agak serupa sudah lama dimainkan oleh kerabatnya, jarak pohon (Ricinus communis), yang bijinya menghasilkan minyak campuran untuk pelumas.
Tumbuhan ini dikenal dengan berbagai nama di Indonesia: jarak kosta, jarak budeg (Sunda); jarak gundul, jarak pager (Jawa); kalekhe paghar (Madura); jarak pager (Bali); lulu mau, paku kase, jarak pageh (Nusa Tenggara); kuman nema (Alor); jarak kosta, jarak wolanda, bindalo, bintalo, tondo utomene (Sulawesi); ai huwa kamala, balacai, kadoto (Maluku).
Tanaman jarak mudah beradaptasi terhadap lingkungan tumbuhnya, dapat tumbuh baik pada tanah yang kurang subur asalkan memiliki drainase baik (tidak tergenang) dengan pH tanah optimal 5.0–6.5. Tanaman jarak pagar merupakan tanaman tahunan jika dipelihara dengan baik dapat hidup lebih dari 20 tahun. Ia sanggup menghasilkan secara ekonomis pada tempat dengan curah hujan hanya empat bulan, berbeda dari kelapa sawit yang memerlukan curah hujan konstan untuk hasil terbaiknya.
Bahan tanaman dapat berasal dari stek cabang atau batang, maupun benih. Jika menggunakan stek dipilih cabang atau batang yang telah cukup berkayu. Untuk benih dipilih dari biji yang telah cukup tua yaitu diambil dari buah yang telah masak biasanya berwarna hitam.
Pembibitan dapat dilakukan di polibag atau di bedengan yang diberi naungan. Setiap polibag diisi media tanam berupa tanah lapisan atas (top soil) dan dapat dicampur pupuk kandang. Setiap polibag ditanami satu bibit Lama pembibitan 2–3 bulan. Penanaman dapat juga dilakukan secara langsung di lapangan (tanpa pembibitan) dengan menggunakan stek cabang atau batang.
Kegiatan persiapan lahan meliputi pembukaan lahan, pengajiran, dan pembuatan lubang tanam. Penanaman dengan kerapatan 1600 sampai 3400 pohon per ha (jarak tanam 2 m × 3 m sampai 1.5 m × 2 m). Pada areal yang miring sebaiknya digunakan sistem kontur. Lubang tanam dibuat biasanya dengan ukuran 40 cm × 40 cm × 40 cm.
Penanaman bibit sehat dengan ketinggian melebihi 50 cm dilakukan pada awal atau selama musim penghujan sehingga kebutuhan air bagi tanaman cukup tersedia. Pemupukan dapat dilakukan sesuai tingkat kesuburan tanah setempat. Pemberian pupuk organik disarankan untuk memperbaiki struktur tanah. Perawatan mencakup pengairan, pemangkasan, dan pembersihan dari gulma. Perlindungan dari hama dan penyakit dilakukan bila terjadi serangan besar. Jarak pagar relatif tidak memiliki pengganggu.
Bunga terbentuk setelah umur 3 – 4 bulan, sedangkan pembentukan buah mulai pada umur 4 – 5 bulan. Pemanenan dilakukan jika buah telah masak, dicirikan kulit buah berwarna kuning dan kemudian mulai mengering. Biasanya buah masak setelah berumur 5 – 6 bulan. Produksi maksimum baru tercapai pada usia tanam enam tahun, dan akan terus menghasilkan secara ekonomis sampai 20 tahun.
Cara pemanenan dengan memetik buah yang telah masak dengan tangan atau gunting. Produktivitas per pohon jarak pagar berkisar antara 3.5 – 4.5 kg biji per tahun. Dengan tingkat populasi tanaman antara 2500 – 3300 pohon / ha, dapat dihasilkan 10 ton buah per tahun. Dengan rendemen rata-rata minyak sebesar 35% maka setiap ha lahan dapat diperoleh 2.5 – 5 ton minyak per tahun.Untuk mengganti 20% diesel dengan biodiesel dari jarak pagar diperlukan sekitar 3,5 juta hektare luas penanaman.
2.2. Pertumbuhan
            Secara umum, pertumbuhan didefinisikan sebagai proses pembelahan dan pemanjangan sel.  Pertumbuhan tanaman dalam arti terbatas menunjuk pada pertambahan ukuran yang tidak dapat balik, mencerminkan pertambahan protoplasma dan bobot kering pada tanaman.  Pertambahan bobot kering umumnya digunakan sebagai penunjuk ciri pertumbuhan karena pada umumnya hal tersebut mempunyai kepentingan ekonomi yang paling besar.  Adapun parameter lain di antaranya adalah tinggi,volume, dan luas daun juga dapat digunakan untuk mendeteksi adanya pertumbuhan pada tanaman.  Adapun parameter lain yaitu bobot basah tidak banyak digunakan karena angkanya berfluktuasi walaupun pada kepentingan tertentu, parameter ini menjadi penting daripada bobot kering (digabung dengan faktor kualitas) terutama pada studi dan produksi hortikultura.
                Tanaman mempunyai faktor-faktor yang akan sangat mempengaruhi dalam pertumbuhannya, nah ada yang namanya faktor internal maupun faktor eksternal pada tumbuhan.
a. Faktor internal
1.       Genetik
Genetik adalah faktor pembawa sifat menurun yang terdapat di dalam setiap sel makhluk hidup baik manusia maupun tumbuhan.
2.       Hormon ( zat tumbuh )
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman selanjutnya adalah Hormon yaitu senyawa organik (zat kimia) yang terdapat pada makhluk hidup yang mempengaruhi reproduksi, metabolisme serta pertumbuhan dan perkembangan. 
b. Faktor eksternal
1.       Nutrisi
Pada tumbuhan, nutrisi yang diperlukan berupa air dan zat-zat hara yang terlarut didalamnya yang dirubah melalui proses fotosintesis menjadi zat-zat makanan.
2.       Lingkungan
Faktor lingkungan yang akan sangat berperan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan adalah : suhu udara, cahaya, dan kelembaban.          
2.3. Skarifikasi Benih
Pemecahan dormansi dan penciptaan lingkungan yang cocok sangat perlu untuk memenuhi proses perkecambahan. Benih yang mempunyai kulit biji tidak permeable dapat dirangsang dengan mengubah kulit biji untuk membuat permeable terhadap gas–gas dan air (Lita Sutopo, 1985). Perkecambahan benih dipengaruhi oleh dua faktor (S. Sadjad, 1980) yaitu faktor dari dalam (faktor genetik) berupa tingkat pemasakan benih dan kulit benih dari luar (faktor lingkungan) yaitu pengaruh suhu, cahaya, air dan media tumbuh.
Dormansi dapat disebabkan oleh berbagi faktor antara lain impermeabilitas kulit biji baik terhadap air atau gas ataupun karena resistensi kulit biji terhadap pengaruh mekanis, embrio rudimenter, dormasi sekunder dan bahan bahan penghambat perkecambahan. Tetapi dengan perlakuan khusus maka benih dorman dapat dirangsang untuk berkecambah. Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah waalaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dinggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan.
Dormansi pada benih dapat berlangsung selama beberapa hari, semusim bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan dormansinya. Pertumbuhan tidak akan pernah terjadi selama benih belum melalui masa dormansinya, atau sebelum dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap benih tersebut. Dormansi dapat dipandang sebagai salah satu keuntungan biologis dari benih daalam mengadaptasikan siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan lingkungannya, baik musim maupun variasi-variasi yang kebetulan terjadi. Sehingga secara tidak langsung benih dapat menghindarkan dirinya dari kemusnahan alam. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik kulit biji ataupun keadaan fisiologi dari embrio atau kombinasi dari kedua keadaan tersebut. Sebagai contoh kulit biji yang impermeable terhadap air dan gas sering dijumpai pada benih-benih dari famili Legumnoseae.
Tipe-tipe dormansi antara lain, dormansi yang disebabkan oleh impermeabilitas kulit biji terhadap air, resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio, permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas. Dormansi fisiologi yang disebabkan oleh immaturity embrio, after ripening, dormansi sekunder, dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolis pada embrio.
Skarifikasi mampu mempercepat proses perkecambahan karena adanya penipisan kulit benih agar lebih mudah melakukan imbibisi, sementara KNO3 berperan dalam mengaktifkan metabolisme sel dan mempercepat perkecambahan. Skarifikasi manual kulit biji dapat dilakukakan melalui penusukan, penggoresan, pemecahan, pengikiran atau pembakaran, dengan bantuan pisau, jarum, kikir, kertas gosok, atau lainnya adalah cara yang paling efektif untuk mengatasi dormansi fisik. Karena setiap benih yang ditangani secara manual, dapat diberikan perlakuan individu sesuai dengan ketebalan biji. Pada hakekatnya semua benih dibuat permeable dengan resiko kerusakan yang kecil, asalkan dearah radikel tidak rusak.
Seluruh permukaan kulit biji dapat dijadikan titik penyerapan air. Pada benih legume, lapisan sel palisade dari kulit biji menyerap air dan proses pelunakan menyebar dari titik ini keseluruh permukaan kulit biji dalam beberapa jam. Pada saat yang sama embrio menyerap air. Skarifikasi manual efektif pada seluruh permukaan biji tetapi daerah microphylar dimana terdapat radicle, harus dihindari. Kerusakan pada daerah ini dapat merusak benih, sedangkan kerusakan pada kotiledon tidak akan mempengaruhi perkecambahan. (Kremer, 1990).
2.4.  Persemaian
Salah satu usaha untuk memperoleh hasil pertumbuhan semai secara optimal ialah dengan cara pemupukan. Pemupukan dimaksudkan supaya kadar unsur hara dalam tanah/medium semai dipertinggi; dan dapat merubah keadaan fisik, kimiawi dan hayati dari tanah sehingga sesuai dengan tuntutan semai atau secara sederhana, pemupukan persemaian bertujuan untuk meningkatkan produkfitas tanah agar diperoleh hasil semai yang meningkat ( Suharriyanto dan Wasitohadi, 1980).
Adanya sumber air dan persediaan dalam jumlah yang cukup di dekat persemaian sangat memudahkan keberhasilan persemaian. Pada umumnya sumber air di dalam kawasan hutan adalah berupa sungai, mata air dan air dalam tanah, juga sumber air berupa air hujan merupakan sumber air yang banyak diharapkan oleh para pengelola persemaian.
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Komponen biji tersebut adalah bagian kecambah yang terdapat didalam biji, misalnya radikula dan plumula.
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologinya tercapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum mempunyai cadangan makanan yang cukup serta pembentukan embriobelum sempurna (Sutopo, 2002). Pada umunya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sekitar 20 persen, maka benih tersebut juga telah mencapai masak fisiologis atau masak fungsional dan pada saat itu benih mencapai berat kering maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya kecaambah maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai mutu tertinggi. (Harjadi. 1979).
Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pad jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber energi baagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002). Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada dipanen.
Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun dipermukaan benih, adanya larutan dengan nilai osmotic yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan metabolic atau menghambat laju respirasi. Penyerapan air oleh benih di pengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media disekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepda jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu.
Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya bervariasi tergantung pada jenis tanaman. Adapun besar pengaruh cahaya terhadap perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya, kualitas cahaya, lamanya penyinaran.
Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo, 2002).
2.5. Penyediaan Media Tanam
Media tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman penunjang perakaran. Dari media tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa unsur hara melalui akarnya.Beberapa Media tanam yang dapat di gunakan adalah campuran antara tanah,Sekam padi,serbuk kayu,jabuk kayu dan akar pakis/perdang.Tapi,pada praktek yang diadakan kali ini, hanya menggunakan Media tanam berupa tanah kotoran sapid an serbuk gragaji .Sedangkan peralatan lainnya yang di gunakan adalah ayakan,cangkul dan akro.
Unsur-unsur yang penting dan harus tersedia adalah N,P,K. N berfungsi mempercepat pertumbuhan klorofil ,menambah lebar daun, besarnya benih. Dosis yang digunakan tergantung pada varietas benih dan keadaan tanah. Pupuk P berfungsi untuk pembentukan akar, pertumbuhan tanaman, menstimulasi pembentukan buah dan mempercepat panen. Unsur P berpengaruh untuk kandungan total benih terutama dalam bentuk Fitin. Fitin berfungsi sebagai cadangan fosfor dan untuk pemeliharaan energi yang diperlukan untuk perkecambahan (Harjadi. 1979).
Media tanam dapat didefinisikan sebagai kumpulan bahan atau substrat tempat tumbuh benih yang disebarkan atau ditanam. Media tanam banyak macam ragamnya, dapat merupakan campuran dari bermacam-macam bahan atau satu jenis bahan saja asalkan memenuhi beberapa persyaratan, antara lain cukup baik dalam memegang air, bersifat porous sehingga air siraman tidak menggenang (becek), tidak bersifat toksik (racun) bagi tanaman, dan yang paling penting media tanam tersebut cukup mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman.
Disamping memberikan dukungan secara fisik pada tanaman, tanah merupakan sumber mineral dan air bagi tanaman. Kondisi tanah dan mineral dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Lingkungan atmosfer harus tersedia pada kedalaman yang cukup dalam tanah sehingga akar tanaman dapat memperoleh oksigen yang dibutuhkan untuk respirasi secara langsung dari udara.
Pemberian pupuk kandang yang berupa pupuk kotoran ayam diharapkan akan dapat membantu menetralkan pH tanah, menetralkan racun akibat adanya logam berat dalam tanah, memperbaiki struktur tanah menjadi lebih gembur, membantu penyerapan hara dari pupuk kimia yang ditambahkan, membantu mempertahankan suhu tanah sehingga fluktuasi tidak tinggi, mendorong kehidupan jasad renik, dan sebagai sumber unsur mikro yang dibutuhkan tanaman, sehingga keseimbangan unsur hara di dalam tanah menjadi lebih baik. Semakin baiknya kondisi fisik tanah dan semakin meningkat kandungan unsur hara di dalam tanah menyebabakan laju pertumbuhan fotosintesis meningkat dan tersedia fotosintat yang cukup untuk meningkatkan jumlah polong isi per tanaman.
2.6. Pengaruh Ukuran Container/Polybag Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Polybag yang mempunyai bahan dasar plastik dapat merusak lingkungan tanah. Polybag memerlukan waktu yang sangat lama untuk dapat didegradasi oleh mikroorganisme di dalam tanah. Meskipun polybag dapat digunakan sebagai media tanam untuk tanaman, saat ini penggunaan polybag sangatlah tidak ramah lingkungan. Hal ini dikarenakan bahan dasar polybag ini terbuat oleh polyethylene, yaitu molekul polimer yang sangat panjang dan besar serta terikat dengan sangat kuat sehingga sulit dipisahkan atau diasimilasi oleh bakteri dekomposer (Marzoeki 1995).
Penggunaan polybag sebagai wadah bibit sudah banyak dilakukan dan merupakan wadah yang paling umum digunakan oleh produsen bibit maupun oleh peneliti, karena harganya murah dan mudah diperoleh. Ukuran polybag yang digunakan dapat disesuaikan dengan kebutuhan / sesuai umur tanaman / bibit. Kaitannya dengan penelitian ini, ternyata polybag memberikan pertumbuhan yang lebih baik bagi bibit tanaman, mungkin disebabkan pertumbuhan akar yang ada dalam polybag  lebih leluasa berkembang (Benyamin Lakitan, 2000).
Menurut Aminuddin (2003) semakin besar wadah atau ukuran polybag yang digunakan, jumlah media atu bobot media yang digunakan semakin banyak sehingga dapat membuat akar leluasa untuk berkembang. Selanjutnya dia menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan media tanaman berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Kondisi media yang mampu menahan air serta kemampuan akar menyerap air dan mineral. Berdasarkan pengamatan secara visual terhadap akar pada akhir pengamatan, perlakuan ukuran polybag 40 cm x 40 cm memberikan pertumbuhan yang baik terhadap akar. Hal ini terlihat dari kondisi rambut akar yang berpengaruh menyebar, yang artinya polybag 40 cm x 40 cm memberikan ruang untuk menyediakan oksigen dan air hingga akhir pertumbuhan tanaman.
Ukuran polybag bermacam – macam disesuaikan dengan jenis dan umur tanaman. Keuntungan penggunaan polybag antara lain komposisi media dapt diatur, efesien dalam penyiraman dan pemupukan, tanaman dapat berpindah – pindah, pertumbuhan gulma dapat dikendalikan dan tidak memerlukan lahan yang luas, serta nutrisi yang diberikan dapat diserap oleh akar secara optimal. Penentuan ukuran polybag yang cocok untuk pertumbuhan tanaman diharapkan dapt meningkatkan produktivitas tanaman dan efisiensi dalam penggunaan media dan nutrisi.

BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1  Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 23 oktober 2014 dan pengambilan data di mulai pada tanggal 2 Desember 2014 di Laboratorium silvikultur.
3.2 Alat dan Bahan
No
Alat dan bahan
Kegunaan
1
Wadah persemaian
Tempat untuk menyamaikan benih
2
Polybag
Tempat untuk menanam bibit
3
Wadah ukur
Mengukur komposisi media tanam
4
Papan pengalas
Tempat untuk mencampur media tanam
5

Sarung tangan
Untuk melindungi tangan saat pencampuran media tanam
6
Gayung
Menyiram semai
7
Mistar
Mengukur semai
8
Tally sheet
Mencatat hasil pengukuran
9
Camera
Mengambil gambar
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini, dapat dilihat pada tabel berikut:


3.3 Prosedur Kerja
Dalam melaksanakan praktikum ini, adapun prosedur kerjanya sebagai berikut:
1. Penyediaan  Media Tanam
a. Siapkan media tanam yang pertama dengan mencampurkan tanah (70%), pupuk (20%), dan serbuk gragaji (10%). Ketiga komposisi ini harus dicampurkan dengan rata setelah itu dimasukan kedalam polybag dan ditekan sampai padat.
b. Media tanam kedua dengan komposisi campuran tanah (60%), pupuk (20%), dan serbuk gragaji (20%).
c. Media tanam ketiga dengan komposisi campuran tanah (50%), pupuk (30%),dan serbuk gragaji (20%).
2. Siapkan biji tanaman jarak yang akan disemaikan. Pilihlah biji yang terbaik yang akan disemaikan.
3. Rendamlah biji sebelum diletakkan pada tempat persemaian.
4. Setelah biji disemaikan, masukan kedalam ruangan agar persemaiannya dapat tumbuh dengan cepat. Sebisa mungkin setiap hari biji yang disemaikan disiram.
5. Setelah biji ditaburkan pada tempat persemaian selama satu minggu. Pindahkan ke polybagyang telah disiapkan sebelummnya. Jumlah polybag yang digunakan sebanyak 30 dengan komposisi media tanam yang telah ditentukan.
6. Saat biji yang berkecambah sudah dipindahkan ke dalam polybag, letakan diluar agar terkena sinar matahari. Usahkan agar disiram setiap hari.
7. Amatilah pertambahan tinggi pada semai tersebut dengan mengukur menggunakan mistar dan buatkan tallysheet agar hasil pengukuran dapat ditulis.
8. Lakukan pengukuran selama satu bulan dan catatlah hasilnya.
3.4. Analisis Data
Dalam melakukan praktikum ini, ada beberapa analisis data yang digunakan yaitu:
a.       Tinggi Rata-Rata
Untuk mencari tinggi rata-rata semai rumus yang digunaran adalah:
X =
Keterangan:
                                                        X  : Tinggi rata-rata
                                                         N            : Banyaknya data
                                                         : Jumlah seluruh Data






BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil praktikum dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Pengukuran tinggi semai pada media tanam A.
Polibag
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nilai Terendah
1,2
1
1,5
0,5
1
1,3
0
2,3
0
0,5
Nilai Tertinggi
19,5
21,5
16,7
21,2
19,5
24,8
24,9
25,3
19.5
29.5
rata-rata setiap polibag
12
16,25
9,88
11
13.18
17,17
15,71
17,9
11,22
13,8
Rata-Rata Semua polibag
13,32
            Perbandingan tinggi rata-rata pada setiap polibag di media tanam A dapat dilihat pada grafik berikut:





Tabel 2. Pengukuran tinggi semai pada media tanam B.
Polibag
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nilai Terendah
0,5
0,5
0,5
0,7
0,3
0,7
0,5
1
0,3
0,5
Nilai Tertinggi
23,5
21,4
28
15
23,1
23,2
13,2
24,4
22,9
22,1
rata-rata setiap polibag
15,2
15,13
16,24
9,73
14,30
15,48
9,60
16,18
15,25
15,93
Rata-Rata Semua polibag
14,30
            Perbandingan tinggi rata-rata pada setiap polibag di media tanam B dapat dilihat pada grafik berikut:



Tabel.3. Hasil Pengukuran Tinggi Semai Jarak Pada Media Tanam C
Polibag
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nilai Terendah
0
0,5
0
1,2
0
1,5
0
0
0
0
Nilai Tertinggi
24,2
17,9
13,9
20,9
16,9
21,8
24
27
21
16,1
Rata-Rata Setiap polibag
13,83
10,46
7,54
13,02
9,92
14,57
14,2
17,54
12,74
9,65
Rata-Rata Semua polibag
15,08
            Perbandingan tinggi rata-rata pada setiap polibag di media tanam C dapat dilihat pada grafik berikut:
Perbandingan tinggi rata-rata pada ketiga media tanaqm dapat dilihat pada tabel berikut:



No
Media Tanam
Tinggi Rata-Rata
1
A
13,32
2
B
14.
3
C
15.08
Berdasarkan tabel diatas perbandingan tinggi rata-rata pada ketiga  media tanam dapat dilihat pada diagram berikut:







Berdasarkan hasil pengukuran tinggi semai jarak pada tiga komposisi media tanam yang berbeda seperti pada ketiga tabel diatas, diketahui bahwa pertambahan tinggi semai pada media tanam A dengan komposisi berikut: tanah (70%), pupuk organik (20%), dan serbuk gragaji (10%) memiliki tinggi rata-rata dari tanggal 1-30 november 2014 adalah 13,23 cm (hasil perhitungan pada lampiran 1). Pada media tanam B dengan komposisi tanah (60%), pupuk organik (20%), dan serbuk gragaji (20%) memiliki tiga rata-rata dari tanggal 1-30 november 2014 adalah 14,30 cm (hasil perhitungan pada lampiran 2). Sedangkan untuk media tanam C dengan komposisi tanah (50%), pupuk organik (30%), dan serbuk gragaji (20%) memiliki tinggi rata-rata adalah 15.05 cm (hasil perhitungan pada lampiran 3). Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dari ketiga media tanam yang berbeda menunjukan bahwa adanya perbedaan tinggi semai pada masing-masing media tanam. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada semai dengan komposisi media tanam C karena perbandingan antara tanah, pupuk, dan serbuk gragaji seimbang sehingga proses pertumbuhan pada semai dapat berlangsung dengan baik dan cepat. Pertumbuhan terendah terjadi pada semai dengan komposisi media tanam A karena perbandingan antara tanah, pupuk, dan serbuk gragaji tidak seimbang dimana tanah organik terlalu banyak sedangkan pupuk dan serbuk gragaji sedikit.


BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
            Setelah melakukan praktikum silvikultur diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. Tinggi rata-rata semai jarak dari hasil pengukuran pada media tanam A adalah 13.23. media tanam B 14.30, dan media tanam C adalah 15.05
b. Media yang paling cocok untuk pertumbuhan semai jarak adalah media C dengan komposisi media tanam sebagai berikut: Tanah (50%), pupuk organik (30%), dan serbuk gragaji (20%).
5.2. Saran
           Setelah melakukan praktikum ini disarankan agar dalam melakukan persemaian sangat perlu untuk memperhatikan media tanam yang digunakan karena pertumbuhan semai sangat tergantung pada komposisi media tanam yang digunakan.


Daftar Pustaka
Benyamin Lakitan, 2000. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Hardjowigeno, Sarwono. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta : Akademika Pressindo.
Harjadi. 1979. Koperasi Pemasaran Hortikultura: Keberhasilan dan Kendala. Media Komunikasi dan Informasi. April No. 16 Vol. IV, hal. 31.
Mardiansyah, M dan Rosmimi. 2012. Penuntun Praktikum Silvikultur. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Riau, Pekanbaru.
Redaksi Agromedia. 2007. Kunci Sukses Memperbanyak Tanaman. Agromedia Pustaka. Jakarta. Cet. Ke-3 2008.
Perbanyakan Tanaman Dengan Stump/Cabutan. From :   Http://Dendodaus.Blogspot.Com/2011/04/Perbanyakan-Tanaman-Dengan-Stumpcabutan.Html (Diakses tanggal 20/11/2012)
http://www.agrotima.com/menu.php?idx=48 (Diakses tanggal 21/11/2012) 
http://id.wikipedia.org/wiki/Dormansi. (Diakses tanggal 21/11/2012)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar