Rabu, 01 Oktober 2014

Laporan ilmu tanah



I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Tanah adalah suatu benda dipermukaan bumi yang terdapat dipermukaan kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, bentuk wilayah dan lamanya waktu pertumbuhan.
            Tanah dapat ditemukan disekitar kita dan mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan. Seperti yang telah kita ketahui tanah merupakan media tumbuh bagi makhluk hidup sehingga sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup makhluk hidup yang hidup di atasnya.Secara fisik tanah berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran, penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara. Secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial. Dan secara biologi tanah berfungsi sebagai habitat organisme tanah yang turut berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara dan zat-zat aditif bagi tanaman.
            Pembentukan tanah berasal dari proses pelapukan yaitu proses pemecahan atau penghancuran. Pelapukan tersebut berasal dari batuan induk menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang lapuk oleh mikroorganisme. Pelapukan bahan induk dipengaruhi oleh faktor iklim terutama faktor curah hujan, suhu dan pengaruh aktivitas organisme hidup (termasuk vegetasi, mikroba, organisme tanah dan manusia), pada suatu topografi atau relief dalam jangka waktu tertentu.Karena adanya faktor-faktor tersebut, maka tanah suatu tempat pasti berbeda dengan tempat lainnya.Perbedaan tersebut ada pada ciri-ciri morfologi tanah baik itu dari warna, tekstur, struktur, hingga menyangkut masalah unsur-unsur pembentukannya.
B. Tujuan dan Manfaat
            Tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dalam praktikum ilmu tanah adalah:
a.    Mengamati dan mengetahui profil tanah
b.    Mengetahui cara pengambilan contoh tanah terusik
c.    Mengetahui cara pengambilan contoh tanah utuh
d.   Mengetahui cara penentuan warna tanah
e.    Mengetahui cara penentuan tekstur tanah
f.     Mengetahui cara menentukan Ph tanah


II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Profil Tanah
            Profil tanah adalah penampang vertikal tanah yang dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan induk dalam tanah. Tanah yang terbentuk di permukaan bumi berkembang dari bahan mineral yang berasal dari batu-batuan melalui proses pelapukan, baik secara fisik maupun kimia yang dibantu oleh pengaruh dari atmosfer, sehingga di dalam tanah terdapat empat komponen utama yaitu bahan mineral, bahan organik, udara, dan air tanah. Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan-keadaan tanah dan keperluan penelitian (Pasaribu, 2007).
            Profil tanah terdiri dari horizon-horison O-A-E-B-C-R.Empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi cuaca disebut solum tanah, horison O-A disebut lapisan tanah atas dan horison E-B disebut lapisan tanah bawah (Kemas Ali Hanafiah, 2005).
              Horizon O adalah lapisan yang didominasi oleh bahan organik. Sebagian besar horizon O tersusun dari serasah segar yang belum terdekomposisi atau sebagian telah terdekomposisi yang telah tertimbun di permukaan. Serasah seperti ini dapat berada di atas permukaan tanah mineral atau tanah organik.
            Horizon A adalah horizon mineral yang terbentuk pada permukaan tanah atau di bawah suatu horizon O. Horizon ini memperlihatkan kehilangan seluruh atau sebagian besar struktur batuan asli dan menunjukkan salah satu atau kedua sifat berikut yaitu akumulasi bahan organik terhumifikasi yang bercampur sangat intensif dengan fraksi mineral, dan tidak di dominasi oleh sifat-sifat yang merupakan karakteristik horizon E atau B. Sifat-sifat yang merupakan akibat dari pengolahan tanah, pengembalaan ternak atau jenis-jenis gangguan lain yang serupa.
           Horizon E adalah horizon mineral yang penampakan utamanya adalah kehilangan liat silikat, besi, alumunium atau beberapa kombinasi senyawa-senyawa tersebut, meninggalkan suatu konsentrasi partikel-partikel pasir dan debu.Horizon ini memperlihatkan lenyapnya seluruh atau sebagian besar dari struktur batuan aslinya. Horizon E dibedakan dari horizon B di bawahnya dalam sequm tanah sama , oleh warna dengan value lebih tinggi atau chrome lebih rendah, atau kedunya, oleh tekstur yang lebih kasar atau oleh suatu kombinasi dari sifat-sifat tersebut.
            Horizon B dalah horizon-horison yang terbentuk di bawah suatu horizon A, E atau O. Horizon-horison ini didominasi oleh lenyapnya seluruh atau sebagian terbesar sari struktur batuan aslinya, dan memperlihatkan satu atau lebih sifat-sifat seperti :konsentrasi atau penimbunan secara aluvial dari liat silikat, senyawa besi, senyawa alumunium, humus, senyawa karbonat, gispsum, atau silika, secara mandiri atau dalam kombinasi. Tanda-tanda atau gejala adanya pemindahan atau penambahan senyawa karbonat.Konsentrasi oksidan-oksidan secar residu. penyelaputan sesquioksida yang mengakibatkan horizon terlihat jelas menpunyai value warna lebih rendah, chrome lebih tinggi atau hue lebih merah tanpa proses iluviasi semyawa besi yang terlihat jelas.
            Horizon C adalah horison atau lapisan, tidak termasuk batuan dasar yang lebih keras dan tersementasi kuat, yang dipengaruhi sedikit oleh proses pedogenik, serta tidak memiliki sifat-sifat horizon O, A, E, atau B. Sebagian besar merupakan lapisan-lapisan mineral. Suatu horizon C mungkin saja telah mengalami perubahan, walaupun tidak terdapat tanda-tanda adanya proses pedogenesis.
            Horizon R adalah batuan dasar tersementasi kuat sampai mengeras.Granit, basalt, kuarsit, batugamping, dan batupasir adalah contoh batuan dasar yang diberi simbol dengan huruf R. Lapisan R cukup kompak jika lembab sehingga cukup sulit digali dengan sekop walaupun lapisan tersebut dapat pecah berkeping-keping.
B. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Tanah
1.Kemiringan
Daerah dengan kemiringan terjal akan mengandung sedikit soil atau tidak sama sekali. Hal ini disebabkan oleh gravitasi yang membuat air dan partikel soil bergerak ke bawah. Vegetasi akan jarang sehingga akan sedikit akar tanaman yang menyentuh batuan lapuk dan akan sangat jarang bahan organik yang menyediakan nutrien. Kontras dengan yang tadi, daerah bottomland akan sangat tebal, namun drainasenya kurang baik dan soil akan jenuh air.
2. Material Asal
Material asal adalah sumber dari mineral lapuk yang membentuk hampir seluruh soil. Soil yang berasal dari granit lapuk akan menjadi pasiran karena partikel kuarsa dan feldspar yang terlepas dari granit. Setelah butiran feldspar lapuk, mineral lempung berukuran halus akan terbentuk. Soil yang terbentuk akan memiliki variasi ukuran butir yang sangat baik untuk drainase dan kemampuan menahan air.
3. Organisme Hidup
Fungsi utama organisme hidup adalah untuk menyediakan bahan organik bagi soil. Humus akan menyediakan nutrien dan membantu menahan air. Tumbuhan membusuk akan melepaskan asam organik yang meningkatkan pelapukan kimiawi. Hewan penggali seperti semut, cacing, dan tikus membawa partikel soil ke permukaan dan mencampur bahan organik dengan mineral.
4.  Waktu
Karakter soil berubah seiring berjalannya waktu.Soil yang masih muda masih mencerminkan struktur material asalnya. Soil yang sudah dewasa akan lebih tebal. Pada daerah volkanik aktif, rentang waktu antarerupsi dapat ditentukan dengan meneliti ketebalan soil yang terbentuk pada masing-masing aliran ekstrusif.Soil yang telah terkubur dalam-dalam oleh aliran lava, debu vulkanik, endapan glasial, atau sedimen lainnya disebut paleosol.Soil seperti ini dapat dilacak secara regional dan dapat mengandung fosil.Maka dari itu, soil inisangat berguna untuk dating batuan dan sedimen, serta untuk menginterpretasi iklim dan topografi lampau.
5. Iklim
Iklim merupakan merupakan faktor terpenting yang menentukan ketebalan dan karakter soil. Material asal pada topografi yang sama dapat terbentuk menjadi soil yang berbeda jika iklimnya berbeda. Temperatur dan curah hujan menentukan pelapukan kimiawi atau mekaniska yang paling dominan, dan akan berpengaruh kepada laju dan kedalaman pelapukan. Iklim juga menentukan jenis organisme yang dapat hidup di soil tersebut.
C.  Sifat Fisik Tanah
1. Warna Tanah
Warna tanah merupakan salah satu sifat yang mudah dilihat dan menunjukkan sifat dari tanah tersebut. Warna tanah merupakan campuran komponen lain yang terjadi karena mempengaruhi berbagai faktor atau persenyawaan tunggal. Urutan warna tanah adalah hitam,coklat, karat, abu-abu, kuning dan putih.
            Warna tanah dengan akurat dapat diukur dengan tiga sifat-sifat prinsip warnanya.Dalam menentukan warna cahaya dapat juga menggunakan Munsell Soil Colour Chart sebagai pembeda warna tersebut.Penentuan ini meliputi penentuan warna dasar atau matrik, warna karatan atau kohesi dan humus.Warna tanah penting untuk diketahui karena berhubungan dengan kandungan bahan organik yang terdapat di dalam tanah tersebut, iklim, drainase tanah dan juga mineralogi tanah (Thompson dan Troen, 1978).
            Mineral-mineral yang terdapat dalam jumlah tertentu dalam tanah kebanyakan berwarna agak terang (light).Sebagai akibatnya, tanah-tanah itu berwarna agak kelabu terang, jika terdiri dari mineral-mineral serupa itu yang sedikit mengalami perubahan kimiawi.
            Warna gelap pada tanah umumnya disebabkan oleh kandungan tinggi dari bahan organik yang terdekomposisi, jadi, dengan cara praktis persentase bahan organik didalam tanah diestimasi berdasarkan warnanya. Bahan organik di dalam tanah akan mengahasilkan warna kelabu gelap, coklat gelap, kecuali terdapat pengaruh mineral seperti besi oksida ataupun akumulasi garam-garam sehingga sering terjadi modifikasi dari warna-warna di atas.
2. Tekstur Tanah
          Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah (Badan Pertanahan Nasional). Dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 - 0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 - 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm (penggolongan berdasarkan USDA). Keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan lain-lain.
            Tabel 1. Proporsi Fraksi menurut Kelas Tekstur Tanah
Kelas Tekstur Tanah
Proporsi (%) fraksi tanah

Pasir
Debu
Liat

1.      Pasir (Sandy)
85
15
10

2.      Pasir Berlempung (Loam Sandy)
70-90
30
15

3.      Lempung Berpasir (Sandy Loam)
40-87,5
50
20

4.      Lempung (Loam)
22,5-52,5
30-50
10-30

5.      Lempung Liat Berpasir  (Sandy-Clay-Loam)
45-80
30
20-37,5

6.      Lempung Liat berdebu (Sandy-silt loam)
20
40-70
27,5-40

7.      Lempung Berliat (Clay Loam)
20-45
15-52,5
27,5-40

8.      Lempung Berdebu (Silty Loam)
47,5
50-87,5
27,5

9.      Debu (Silt)
20
80
12,5

10.    Liat Berpasir (Sandy-Clay)
45-62,5
20
37,5-57,5

11.    Liat Berdebu (Silty-Clay)
20
40-60
40-60

12.    Liat (Clay)
45
40
40


















Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:
1.       Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Pasir (Sandy)
2.       Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Pasir Berlempung (Loam Sandy).
3.       Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Berpasir (Sandy Loam).
4.       Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung (Loam).
5.       Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Berdebu (Silty Loam).
6.       Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk   gulungan yang agak mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Berliat (Clay Loam).
7.        Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk   gulungan yang agak mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Berliat (Clay Loam).
8.       Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat Berpasir (Sandy-Clay-Loam).
9.       Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat Berdebu (Sandy-silt loam).
10.   Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat Berpasir (Sandy-Clay).
11.    Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat Berdebu (Silty-Clay).
12.   Apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat (Clay).
3.  Struktur Tanah
   Struktur tanah terbentuk melalui Agregasi berbagai partikel tanah yang menghasilkan bentuk/susunan tertentu pada tanah.Struktur tanah juga menentukan ukuran dan jumlah rongga antar partikel tanah yang mempengaruhi pergerakan air, udara, akar tumbuhan, dan organisme tanah. Beberapa jenis struktur tanah adalah remah,butir(granular), lempeng, balok,prismatik, dan tiang.
Tipe struktur tanah terdapat empat bentuk utamanya yaitu :
a.    Bentuk lempung
Bentuknya sumbu horizontal lebih panjang dari sumbu vertikalnya biasanya terjadi pada tanah liat yang baru terjadi secara deposisi.
b.Bentuk prisma
Bentuknya jika sumbu vertikal lebih panjang dari pada sumbu horizontal.Jadi agregat terarah pada sumbu vertikal.Seringkali mempunyai 6 sisi dan diameternya mencapai 16 cm. Banyak terdapat pada horizon B tanah berliat.Jika bentuk puncaknya datar disebut prismatik dan membulat disebut kolumner.
c.Kubus (Bloky)
Berbentuk jika sumber horizontal sama dengan sumbu vertikal. Jika sudutnya tajam disebut kubus (angular blocky) dan jika sudutnya membulat maka disebut kubus membulat (sub angular blocky).Ukuranya dapat mencapai 10 cm.
d.Bentuk spheroidel atau bulat
Agregat yang membulat, biasanya diameternya tidak lebih dari 2 cm.Keempat bentuk utama di atas akhirnya menghasilkan tujuh tipe struktur tanah.Suatu pengertian tentang sebab-sebab perkembangan struktur di dalam tanah perlu diperhatikan, karena sturktur tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan dapat berubah karena pengelolaan tanah.
Struktur dapat berkembang dari butir-butir tunggal ataupun kondisi massive.Dalam rangka menghasilkan agregat-agregatharus terdapat beberapa mekanisme dimana partikel-partikel tanah mengelompok bersama-sama menjadi cluster.Pembentukan ini kadang-kadang sampai ke tahap perkembangan struktural yang mantap.
Struktur tanah dapat memodifikasi pengaruh tekstur dalam hubungannya dalam kelembaban, porositas, tersedianya unsur hara, kegiatan jasad hidup dan pertumbuhan akar. Struktur lapisan olah dipengaruhi oleh praktis dan di mana aerasi dan drainase membatasi pertumbuhan tanaman, sistem pertanaman yang mampu menjaga kemantapan agregat tanah akan memberikan hasil yang tinggi bagi produksi pertanian (Hakim et al, 1982).
4. Konsistensi tanah
            Konsistensi tanah adalah kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Gaya-gaya tersebut misalnya pencangkulan, pembajakan dll.Tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah.Oleh karena tanah dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basah atau kering maka konsistensi tanah disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut.
Dalam keadaan lembab tanah dibedakan kedalam konsistensi gembur (mudah diolah) sampai teguh (agak sulit dicangkul).Dalam keadaan kering, tanah dibedakan kedalam konsistensi lunak sampai keras.Dalam keadaan basah, dibedakan kedalam konsistensi plastis sampai tidak plastis atau tidak lekat sampai lekat.
Di lapangan tanah yang dalam kondisi lembab atau kering konsistensi tanah ditentukan dengan meremas segumpal tanah.Bila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah dikatakan berkonsistensi gembur atau lunak.Bila gumpalan tanah sukar hancur dengan remasan tersebut tanah dikatakan berkonsistensi teguh atau keras.
Secara lebih terperinci, cara penentuan konsistensi tanah dapat dilakukan sebagai berikut:
1.      Konsistensi basah
a.    Tingkat kelekatan, yaitu menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi antara butir-butir tanah dengan benda lain.
b.    Tingkat Plastisitas yaitu menunjukan kemampuan tanah membentuk gulungan.
2.      Konsistensi lembap
Pada konsistensi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi dibagi 6 kategori berikut:
a.     Lepas.
b.    Sangat gembur.
c.     Gembur.
d.    Teguh/kokoh.
e.     Sangat teguh.
f.     Sangat teguh sekali.
3.      Konsistensi Kering
Konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara , dibagi 6 kategori sebagai berikut:
a.     Lepas.
b.    Lunak.
c.     Agak keras.
d.    Keras.
e.     Sangat keras.
f.     Sangat keras sekali.
Beberapa faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah:
 (1) Tekstur tanah.
 (2) sifat dan jumlah koloid organik dan anorganik tanah.
 (3) sruktur tanah, dan
 (4) kadar air tanah.
5. Kadar Air
Metode umum yang biasa dipakai untuk menentukan jumlah air yang dikandung oleh tanah adalah persentase terhadap tanah kering. Bobot tanah yang lembab dalam hal ini dipakai karena kedaaan lembab sering bergejolak dengan keadaan air (menurut Hakim et al 1986),.
Kadar dan ketersediaan air tanah sebenarnya pada setiap koefisien umum bervariasi terutama tergantung pada tekstur tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi dan kedalaman solum/lapisan tanah. Di samping itu, faktor iklim dan tanaman juga menentukan kadar dan ketersediaan air tanah. Faktor iklim juga berpengaruh meliputi curah hujan, temperatur dan kecepatan yang pada prinsipnya terkait dengan suplai air dan evapotranirasi. Faktor tanaman yang berpengaruh meliputi bentuk dan kedalaman perakaran, toleransi terhadap kekeringan serta tingkat dan stadia pertumbuhan, yang pada prinsipnya terkait dengan kebutuhan air tanaman
6.  Bulk Density ( Kerapatan )
Kerapatan isi adalah berat per satuan volume tanah kering oven, biasanya ditetapkan dalam g/cc (Hakim et al, 1986). Menurut Hardjowigeno (1987), bulk density dapat digunakan untuk menghitung ruang pori total dengan dasar bahwa kerapatan zarah tanah adalah 2,65 g/cc. Metode penentuan bulk density yang paling sering digunakan adalah dengan ring sampel atau metode clod gumpalan tanah yang dicelulpkan ke dalam cairan plastik yang kemudian ditimbang dan di dalam air untuk mengetahui berat dan volume dari clod gumpalan isi.Nilai kerapatan massa tanah berbanding lurus dengan tingkat kekasaran partikel-partikel tanah, makin kasar akan makin berat(Hanafiah (2005).           
7.  Infiltrasi
Infiltrasi dari segi hidrologi penting, karena hal ini menandai peralihan dari air permukaan yang bergerak cepat ke air tanah yang bergerak lambat dan air tanah.Kapasitas infiltrasi suatu tanah dipengaruhi oleh sifat-sifat fisiknya dan derajat kemampatannya, kandungan air dan permebilitas lapisan bawah permukaan, nisbi air, dan iklim mikro tanah.Air yang berinfiltrasi pada satu tanah hutan karena pengaruh gravitasi dan daya tarik kapiler atau disebabkan juga oleh tekanan dari pukulan air hujan pada permukaan tanah.
Infiltrasi adalah proses masuknya air dari permukaan ke dalam tanah. Perkolasi adalah gerakan aliran air di dalam tanah (dari zone of aeration ke zone of saturation).Infiltrasi berpengaruh terhadap saat mulai terjadinya aliran permukaan dan juga berpengaruh terhadap laju aliran permukaan (run off).
Beberapa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi laju infiltrasi adalah :
a.    Dalamnya genangan di atas permukaan tanah dan tebal lapisan yang jenuh.
b.      Kelembaban tanah
c.       Pemampatan tanah oleh curah hujan
d.      Penyumbatan oleh bahan yang halus (bahan endapan)
e.       Pemampatan oleh orang dan hewan
f.       Struktur tanah
g.      Tumbuh-tumbuhan
h.      Udara yang terdapat dalam tanah
i.        Topografi
j.        Intensitas hujan
k.      Kekasaran permukaan
l.        Mutu air
m.    Suhu udara
8.RuangPori Total
        Ruang pori total adalah volume dari tanah yang ditempati oleh udara dan air. Persentase volume ruang pori total disebut porositas. Untuk menentukan porositas, contoh tanah ditempatkan pada tempat berisi air sehingga jenuh dan kemudian cores ini ditimbang. Perbedaan berat antara keadaan jenuh air dan core yang kering oven merupakan volume ruang pori. Untuk 400 cm3 cores yang berisi 200 gr (200 cm3) air pada kondisi jenuh porositas tanahnya akan mencapai 50% (Foth, 1988).
                Tanah dengan tekstur halus mempunyai kisaran ukuran dan bentuk partikelnya yang luas.Hal ini telah ditekankan bahwa tanah permukaan yang berpasir mempunyai porositras kecil daripada tanah liat. Berarti bahwa tanah pasir mempunyai volume yang lebih sedikit ditempati oleh ruang pori. Ruang pori total pada tanah pasir mungkin rendah tetapi mempunyai proporsi yang besar yang disusun daripada komposisi pori-pori yang besar yang sangat efisien dalam pergerakan udara dan airnya. Persentase volume yang dapat terisi oleh pori-pori kecil pada tanah pasir rendah yang menyebabkan kapasitas menahan airnya rendah. Sebaliknya tanah-tanah permukaan dengan tekstur halus memiliki ruang pori total lebih banyak dan proporsinya relatif besar yang disusun oleh pori kecil. Akibatnya adalah tanah mempunyai kapasitas menahan air yang tinggi.
9.Permeabilitas
Semua jenis tanah bersifat lolos air (permeable) dimana air bebas mengalir melalui ruang-ruang kosong (pori-pori) yang ada di antara butiran-butiran tanah. Tekanan pori diukur relatif terhadap tekanan atmosfer dan permukaan lapisan tanah yang tekanannya sama dengan tekanan atmosfer dinamakan muka air tanah atau permukaan freasik, di bawah muka air tanah. Tanah diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga udara.
Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air.Struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam menaikkan laju permeabilitas tanah.Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju infiltrasi dan dengan demikian, menurunkan laju air larian.
Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan makin rendah koefisien permeabilitasnya.
Menurut Susanto dan Purnomo (1996), pada kebanyakan tanah, pada kenyataan konduktivitas hidroulik tidak selamanya tetap. Karena berbagai proses kimia, fisika dan biologi, konduktivitas hidroulik bisa berubah saat air masuk dan mengalir ke dalam tanah. Perubahan yang terjadi pada komposisi ion kompleks yang dapat dipertukarkanseperti saat air memasuki tanah mempunyai komposisi atau konsentrasi zat terlarut yang berbeda dengan larutan awal, bisa sangat merubah konduktivitas hidroulik. Secara umum konduktivitas akan berkurang bila konsentrasi zat terlarut elektrolit berkurang, disebabkan oleh penomena pengembangan dan dispersi yang juga dipengaruhi oleh jeni-jenis kation yang ada pelepasan dan perpindahan partikel-partikel lempung, selama aliran yang lama, bisa menghasilkan penyumbatan pori. Interaksi zat terlarut dan matrik tanah dan pengaruhnya terhadap konduktivitas hidroulik khususnya penting pada tanah-tanah masam dan berkadar natrium tinggi.
10. Stabilitas Agregat.
Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah melawan pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan air. Kemantapan tergantung padaketahanan jonjot tanah melawan daya dispersi air dan kekuatan sementasi atau pengikatan. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kemantapan agregat antara lain bahan-bahan penyemen agregat tanah, bentuk dan ukuran agregat, serta tingkat agregasi stabilitas agregat yang terbentuk tergantung pada keutuhan tanah permukaan agregat pada saat rehidrasi dan kekuatan ikatan antarkoloid-partikel di dalam agregat pada saat basah. Pentingnya peran lendir (gum) microbial sebagai agen pengikat adalah menjamin kelangsungan aktivitas mikroba dalam proses pembentukan  dan agregasi.
D.Sifat Kimia Tanah
Perilaku kimiawi tanah didefinisikan sebagai keseluruhan reaksi fisik-kimia dan kimia yang berlangsung antar-penyusun tanah serta antara penyusun tanah tanah dalam bentuk pupuk ataupun pembenahan tanah lainnya. Faktor kecepatan semua bentuk reaksi kimia yang berlangsung dalam tanah mempunyai kisaran sangat lebar, yakni antara sangat singkat yang diperhitungkan dengan menit reaksi jerapan tertentu sampai luar biasa lama waktu yang diperhitungkan dengan abad reaksi yang berhubungan dengan proses pembentukan tanah. Pada umumnya, rekasi-reaksi yang terjadi di dalam tanah diimbas oleh tindakan faktor lingkungan tertentu.
            Menurut (hardjowigeno 1987) sifat-sifat kimia tanah terdiri dari:
a. Reaksi tanah (pH tanah). Menunjukan sifat keasaman tanah yang dinyatakan dengan nilai ph. Nilai ph menunjukan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H) di dalam tanah semkin masam tanah tersebut.
b. Koloid tanah adalah bahan mineral dan bahan organik tanah yang sangat halus sehingga membentuk permukaan yang tinggi persatuan berat. Koloid tanah merupakan bagian tanah yang sangat aktif dalam reaksi reaksi fsikokimia di dalam tanah.
c.  Kapasitas tukar kation dinyatakan dalam satuan kimia yaitu miliekivalen per 100gram.
d. Pertukaran anion banyak ditemukan pada mineral liat amorf, dan liat al dan fe-oksida.
e.  Kejenuhan basa, menunjukan perbandingan antara jumlah kation kation basa dengan jumlah semua kation yang terdapat dalam kompleks jerapan tanah.
E. Sifat-Sifat Biologi Tanah
Menurut (Hardjowigeno 2003) sifat-sifat biologi tanah terdiri dari:
1.      Makro fauna
Makro fauna atau penghuni tanah dapat dibedakan menjadi: hewan hewan besar pelubang tanah, cacing tanah.Hewan-hewan besar pelubang tanah seperti tikus, kadang kadang dapat memperbaiki tata udara tanah dan mengubah kesuburan serta struktur tanah.Cacing tanah mengaduk tanah dan memperbaiki tata udara tanah sehingga infiltrasi air menjadi lebih baik dan lebih muda ditembus akar.
2.      Makro flora
Tanaman tanaman tinggi adalah produsen primer bahan organik dan penyimpan energi surya.Akar akar tumbuh dan mati didalam tanah sehingga menyediakan makanan dan energy bagi hewan tanah dan mikro flora.Akar tanaman yang masih hidup mempengaruhi keseimbangan hara tanah akibat penyerapan unsure-unsur hara oleh akar-akar tersebut.
3.      Mikro flora
Bakteri, fungi dan actinomicetes membantu pembentukan struktur tanah yang mantap karena tumbuhan mikro ini dapat mengeluarkan sekresi zat perekat yang tidak mudah larut dalam air.
      F.     Analisis pH Tanah
PH tanah menunjukkan derajat keasaman tanah atau keseimbangan antara konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan tanah. Apabila konsentrasi H+ dalam larutan tanah lebih banyak dari OH- maka suasana larutan tanah menjadi asam, sebalikya bila konsentrasi OH- lebih banyak dari pada konsentrasi H+ maka suasana tanah menjadi basa. pH tanah sangat menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman makanan ternak, bahkan berpengaruh pula pada kualitas hijauan makanan ternak. PH tanah yang optimal bagi pertumbuhan kebanyakan tanaman makanana ternak adalah antara 5,6 - 6,0. Pada tanah pH lebih rendah dari 5,6 pada umumnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat akibat rendahnya ketersediaan unsur hara penting seperti fosfor dan nitrogen. Bila pH lebih rendah dari 4,0 pada umumnya terjadi kenaikan Al3+ dalam larutan tanah yang berdampak secara fisik merusak sistem perakaran, terutama akar-akar muda, sehingga pertumbuhan tanaman menjadiaa terhambat.
Dasar penetapan nilai pH menunjukkan konsentrasi ion H+ dalam larutan tanah, yang dinyatakan sebagai –log[H+]. Peningkatan konsentrasi H+ menaikkan potensial larutan yang diukur oleh alat dan dikonversi dalam skala pH. Potensial yang timbul diukur berdasarkan potensial elektrode pembanding (kalomel atau AgCl). Biasanya digunakan satu elektrode yang sudah terdiri atas elektrode pembanding dan elektrode gelas (elektrode kombinasi). Konsentrasi H+ yang diekstrak dengan air menyatakan kemasaman aktif (aktual) sedangkan pengekstrak KCl 1 N menyatakan kemasaman cadangan (potensial).
PH tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat penting karena larutan tanah mengandung unsur hara seperti Nitrogen (N), Potassium/kalium (K), dan Pospor (P) dimana tanaman membutuhkan dalam jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang, dan bertahan terhadap penyakit. Jika pH larutan tanah meningkat hingga di atas 5,5; Nitrogen (dalam bentuk nitrat) menjadi tersedia bagi tanaman. Disisi lain Pospor akan tersedia bagi tanaman pada Ph antara 6,0 hingga 7,0. Beberapa bakteri membantu tanaman mendapatkan N dengan mengubah N di atmosfer menjadi bentuk N yang dapat digunakan oleh tanaman. Bakteri ini hidup di dalam nodule akar tanaman legume (seperti alfalfa dan kedelai) dan berfungsi secara baik bilamana tanaman dimana bakteri tersebut hidup tumbuh pada tanah dengan kisaran pH yang sesuai.
Pentingnya pH tanah adalah menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman, menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun, dan mempengaruhi perkembangan mikro organisme. Tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan pH-nya dengan menambahkan kapur ke dalam tanah, sedang tanah yang terlalu alkalis dapat diturunkan pH-nya dengan penambahan belerang  (Hardjowigeno 2003).  
Reaksi tanah atau pH tanah dapat memberikan petunjuk beberapa sifat tanah. Makin tinggi pH makin banyak basa-basa terdapat dalam tanah. Tanah-tanah yang terus menerus tercuci oleh air hujan cenderung mempunyai pH yang rendah dan miskin basa-basa. Pada tanah masam, aktivitas (kelarutan) Al mungkin tinggi dan dapat meracuni tanaman, sedangkan pada tanah-tanah yang mempunyai pH tinggi unsur-unsur tertentu mungkin kurang tersedia untuk tanaman karena mengendap. Reaksi tanah mempengaruhi kegiatan mikroorganisme dalam tanah. Pada pH sekitar netral, bakteri aktif melapuk bahan organik, sedang pada tanah masam pelapukan lebih banyak dilakukan oleh cendawan.
Pada pH yang terlalu rendah aktivitas memfiksasi nitrogen oleh bakteri Rhizobium tertekan. Umumnya unsur hara mudah diserap oleh akar tanaman pada keadaan pH netral karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara dapat larut dalam air.  Mengingat besarnya pengaruh pH terhadap pertumbuhan tanaman, maka para ahli melakukan penyelidikan guna memperoleh pengetahuan tentang pH dan bagaimana cara yang dapat dilakukan bila mengetahui keadaan suatu pH di lapangan yang cocok untuk keperluan budidaya tanaman. Pertumbuhan tanaman juga berkontribusi dalam pengasaman tanah,  proses  penyerapan hara utama (kalium, kalsium dan magnesium) disertai  pertukaran dengan ion hidrogen sehingga menyebabkan terjadinya  pengasaman tanah.  Jenis tanaman tertentu juga mempengaruhi pengasaman tanah. Semakin  rendah tingkat keasaman dalam tanah maka semakin banyak kandungan organik  didalam tanah. Penilaian mengenai produktivitas atau kesuburan tanah dapat dilihat pada tiga aspek, yaitu sifat fisik tanah, sifat kimia dan biologis tanah.  Ketiga aspek ini dapat diketahui sama penting peranannya dalam menentukan kesuburan tanah.  Apabila dari salah satu dari ketiga aspek ini rendah, sementara yang lainnya tinggi maka produktivitas tanah yang maksimum belum dapat tercapai.
G. Pengambilan Contoh Tanah
Contoh Tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu bagian tubuh tanah (horison/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium. Pengambilan contoh tanah dapat dilakukan dengan 2 teknik dasar yaitu pengambilan contoh tanah secara utuh dan pengambilan contoh tanah secara tidak utuh.Sebagaimana dikatakan dimuka bahwa pengambilan contoh tanah disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti. Untuk penetapan sifat-sifat fisika tanah ada 3 macam pengambilan contoh tanah yaitu
1.      Contoh tanah tidak terusik (undisturbed soil sample) yang diperlukan untuk analisis penetapan berat isi atau berat volume (bulk density), tagihan ukuran pori (pore size distribution) dan untuk permeabilitas (konduktivitas jenuh)
2.      Contoh tanah dalam keadaan agregat tak terusik (undisturbed soil aggregate) yang diperlukan untuk penetapan agihan ukuran agregat dan derajad kemantapan agregat (aggregate stability)
3.      Contoh tanah terusik (disturbed soil sample), yang diperlukan untuk penetapan kadar lengas, tekstur, tetapan Atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung, kadar lengas kritik, Indeks patahan (Modulus of Rupture:MOR), konduktivitas hidroulik tak jenuh, luas permukaan (specific surface), erodibilitas (sifat ketererosian) tanah menggunakan hujan tiruan (rainfall simulator).
4.      Untuk penetapan sifat kimia tanah misalnya kandungan hara (N, P, K, dll), kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa, dll digunakan pengambilan contoh tanah terusik.
Pengambilan contoh tanah utuh menggunakan tabung berbentuk selinder terbuat dari kuningan berbentuk kuningan berukuran tinggi 4 cm dengan diameter luar 7.39 cm dan diameter dalam 7.63 cm. Atau terbuat dari baja anti karat berukuran tinggi 5.1 cm dengan diameter luar 5,3 cm dan diameter dalam 5.0 cm.

        


III. METODE PRAKTIKUM
A.      Waktu dan Tempat
Hari / tanggal       : Sabtu, 12 April 2014
Pukul                    : 09.30-13.00 wita
Tempat                 : Taman Botani
B.       Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ilmu tanah dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
No
Alat dan Bahan
Kegunaan
1.
Cangkul
Membuat profil  (menggali tanah)
2.
Linggis
Membuat profil  (menggali tanah)
3.
Sekop
Membuat profil  (menggali tanah)
4.
Bor tanah
Mengambil contoh tanah terusik
5.
Ring tanah
Mengambil contoh tanah utuh
6.
Meteran
Mengukur kedalaman tanah
7.
Soil tester
Mengamati Ph tanah
8.
Cutter
Meratakan tanah pada ring tanah
9.
Plastik sampel tanah
Tempat mengumpulkan contoh tanah terusik dan tanah utuh
10.
Buku warna tanah
Mengamati warna tanah


C.  Cara kerja
1.    Acara I. Pembuatan Penampang Tanah (Profil tanah)
a.    Lubang penampang tanah umumya harus cukup besar, supaya orang dapat dengan mudah duduk atau berdiri di dalamnya dan pemeriksaan dapat dengan sempurna. Penampang berukuran panjang 2 m, lebar 1, kedalaman 1.5 m atau sesuai dengan penampang control (control section) dari orde tanah.
b.    Bagian sisi penampang yang diamati adalah sisi yang terkena sinar matahari agar tampak terang. Apabila profil terdapat pada lahan yang miring, maka sisi penampang yang diamati adalah sisi dinding di bagian atas.
c.    Tanah bekas galian tidak boleh ditimbun di atas panampang yang akan diamati, karena akan mengganggu pengamatan/pemeriksaan dan pengamatan contoh tanah.
2.    Acara II. Pengambilan Contoh Tanah Terusik
Pengambilan contoh tanah terusik dengan bor tanah:
a.    Meletakan mata bor di permukaan mata tanah
b.    Memutar pegangan bor perlahan-lahan kearah kanan dengan disertai tekanan ke bawah
c.    Jika sudah sampai pada kedalaman yang diinginkan (20) perlahan-lahan mata bor dikeluarkan dengan memutar ke arah kiri disertai dengan tarikan.
d.   Contoh tanah yang terbawa oleh kepala bor dilepaskan perlahan sampai bersih diatas tempat (karung) dan usahakan tidak banyak merusak susunan tanah.
e.    Pengeboran dilanjutkan lagi pada setiap ketebalan tanah 20 cm, 40 cm, dan 60 cm.
f.     Contoh tanah hasil pengeboran pada setiap kedalaman diletakkan secara terpisah, kemudian digabungkan dengan contoh tanah pada kedalaman yang sama di titik yang lain sebanyak 1 kg.
g.    Selanjutnya contoh tanah yang telah digabungkan seberat 1 kg dari beberapa titik pengambilan sampel di aduk menggunakan cetok  (jangan menggunakan tangan).
3.    Acara III. Pengambilan Contoh Tanah Terusik
a.       Membersihkan permukaan bagian tubuh tanah yang akan diambil dari penutupantumbuhan, serasah, dan batu.
b.      Meletakkan ring sampel tanah pada permukaan tanah yang akan disidik denganbagian tajam berada di sisi yang bersinggungan.
c.       Menekan perlahan-lahan dengan tekanan merata sampai terbenam menggunakan palu atau kekuatan tangan.
d.      Setelah ring tertanam sesuai dengan kedalaman yang diinginkan, maka tanah disekelilingnya digali, sehingga ring tersebut mudah diambil.
e.       Bersihkan sisi luar ring dari tanah, menggunakan pisau.
f.       Menutup kedua mulut ring dengan tutup plastik atau tutup ring sampel tanah, kemudian isolasi dan beri label: kode tempat, kode perlakuan, kode tanah, nomor perlapisan dan ciri istimewa lainnya.


4.    Acara IV. Penentuan Warna Tanah
a.       Tanah harus lembab (jika mungkin kering dan lembab) tempat terlindung dari sinar matahari.
b.      Buatlah gulungan tanah dengan jari telunjuk dan ibu jari hingga tanah menyerupai bola.
c.       Tanah tersebut ditempatkan di bawah lubang kertas Muncell dengan jari/pisau.
d.   Jika warna tanah tidak tepat dengan warna pada buku Muncell, maka diberikan angka – angka hue, value, atau kroma tertinggi dan terendah yang membatasinya
5.        Acara V. Penentuan Tekstur Tanah
Penetapan tekstur tanah di lapangan  dapat di lakukan dengan cara merasakan atau meramas conto tanah antara ibu jari dan telunjuk. Caranya adalah sebagai berikut:
            Ambil segumpal tanah kira-kira sebesar kelereng basahi dengan air hingga tanah dapat di tekan. Pijit contoh tanah  dengan ibu jari dan telunjuk , kemudian buatlah contoh tanah tersebut berbentuk benang, sambil di rasakan. Langkah pertama yang perlu ditetapkan adalah apakah tanah tersebut bertekstur liat, lempung berliat, lempung atau pasir.
a.    Jika bentuk benang tersebut terbentuk dengan mudah dan tetap merupakan pita panjang, maka contoh tanah tersebut besar kemungkinan adalah liat.
b.    Jika benang berbentuk pita mudah patah, kemungkinan lempung berliat.
c.    Jika tidak terbentuk benang, kemungkinan lempung atau pasir. Untuk membedakan pasir atau debu yang didominan dapat di lakukan dengan cara: jika terasa lembut (halus dan licin) seperti tepung, maka debu yang didominasi; tetapi terasa berbentuk butir-butir maka yang didominan adalah pasir.
6.    Acara VI. Penentuan Ph Tanah
a.       Tancapkan soil tester pada dinding tanah sampai skala terbaca.
b.      Tunggu hingga 2 menit sampai skala yang terbaca benar-benar konstan.
c.       Tulislah hasil pengamatan yang diperoleh
d.      Lakukan percobaan ini pada setiap horizon tanah.


IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  Acara I. Pembuatan Penampang Tanah (Profil Tanah)
Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut:
Hari dan tanggal         :           Sabtu, 12 April 2014
Nama                           :           Roni Sampe Layuk
Hasil Penelitian           :           Pengamatan profil tanah
Hasil pengamatan profil tanah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel.3. Pengamatan profil tanah
No Horizon
I
II
III
IV
Jeluk lapisan
O ( 0-6 cm)
A (6-42 cm)
B1 (42-99 cm)
B2  (42-99 cm)
Batas horizon
a. jelas tidak
b. topografi

Jelas
-

Jelas
-

Jelas
-

Jelas
-
Warna
a. nilai
b. sebutan

10 YR 3/2
-

10 YR 5/6
-

7.5 YR 7/6
-

7.5 YR 7/6
-
Tekstur
Pasir berliat
Pasir berliat
Pasir
Pasir
Struktur
a. tipe
b. kelas

Bulat bersudut
-

Prisma
-

Bulat bersudut
-

Bulat bersudut
-
Ph Tanah
6.8
6.1
6.8
-
Perakaran
a. ukuran
b. jumlah

-
Banyak

-
Sedang

-
Sedikit

-
Sedikit

Setelah kami selesai membuat penampang tanah dengan kedalaman 150 cm, kami melakukan pengamatan dan memperoleh hasil pada batas horizon O tidak jelas dan topografinya bergelombang, horizon O memiliki ketebalan 6 cm, untuk menentukan warna tanah dengan nilai kami menggunakan buku warna tanah (Munsell soil colour chart) dengan cara mengambil tanah horizon O yang dibulatkan seperti kelereng lalu diletakan pada warna yang cocok pada buku warna tanah (Munsell soil colour chart) lalu lihat nilai yang tertera pada lembar warna tanah yang hasilnya adalah 3/2 10YR. Setelah itu kami menentukan tekstur tanah horizon O dengan cara meremas-remas tanah tersebut dan hasilnya menunjukkan tanah bertekstur pasir berlempung, setelah itu kami mengamati struktur dengan cara mengambil tanah dan mejatuhkan butiran tanah pada kertas sehingga dipeoleh hasil bahwa tanah pada horizon O memiliki struktur bulat bersudut. Setelah itu kami mengamati perakaran yang terdapat pada horizon O yang berukuran 2-3 mm dan jumlah perakaran  banyak. Sedangkan untuk mengukur Ph tanah digunakan alat soil tester, cara penggunaanya dengan menancapkan soil tester pada horizon yang diukur, untuk mengetahui pH yang tertera pada bagian atas jarum penunjuk.Horizon O memiliki ph tanah 6.8.
Untuk mengukur dan mengamati pada horizon A menggunakan cara yang sama dengan pengukuran dan pengamatan horizon  O. Horizon A memiliki ketebalan 6-37 cm, pada horizon A batas horizon jelas  dan topografinya bergelombang, horizon A mempunyai nilai warna 5/6 10 YRyang bertekstur pasir berlempung dengan struktur prisma.Sedangkan untuk ukuran perakaran 1-2 cm dan jumlahnya sedang. Horizon A memiliki ph tanah 5,8% dan kelembaban  60%.
Sedangkan pada horizon B batas horizon tidak jelas sedangkan kondisi topografi bergelombang, horizon  B memiliki ketebalan 44-158 cm dan nilai warna tanahnya 7.5YR7/6 yang bertekstur pasir dan untuk perakaran, ukuran akar yang terdapat pada horizon B 0,1 mm yang jumlahnya sedikit. Sedangkan ph tanahnya 6.0%.
B.  Acara II. Pengambilan Contoh Tanah Terusik
Hari dan tanggal         :           Sabtu, 12 April 2014
Nama                           :           Roni Sampe Layuk
Hasil penelitaian          :           Pengambilan contoh tanah terusik
Gambar 1. Pengambilan contoh tanah terusik
1.       Pengeboran dengan bor tanah







2. Saat pencampuran


















Pengambilan contoh tanah terusik dengan menggunakan bor tanah yaitu dengan memutar bor ke kanan dan ditekan agar bor dapat tertanam hingga mencapai kedalaman 20 cm, setelah mencapai kedalaman tersebut tarik bor perlahandengan memutar bor kearah kiri. Setelah itu ambil tanah yang menempel pada mata bor dengan berhati-hati tetapi jangan menggunakan tangan untuk mencampur tanah yang terambil,setelah itu masukan pada kantong plastik. Setelah selesai melakukan pengeboran disuatu tempat, lakukan kembali pengeboran pada tempat yang lain dengan jarak 20 meter. Lakukan hal tersebut berulang-ulang hingga 4 lokasi yang berbeda.Setelah itu campurlah tanah-tanah tersebut, bawa ke lab untuk diamati.
C.  Acara III. Pengambilan Contoh Tanah Utuh
Hari dan tanggal         :           Sabtu, 12 April 2014
Nama                           :           Roni Sampe Layuk
Hasil Pengamatan       :           Pengambilan Contoh Tanah Utuh
Hasil pengambilan contoh tanah utuh dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2. Pengambilan contoh tanah utuh
1.       Pemasangan ring sampel (O)







2. Pemasangan ring sampel  (A)








3. Ring sampel  mulai tenggelam








4. Perataan tanah








 




















Pengambilan contoh tanah utuh dilakukan pada penampang tanah bagian atas yang masih terlihat unsur hara pada permukaan tanah. Pengambilan contoh tanah utuh ini dilakukan dengan menggunakan ring sempel tanah pada permukaan tanah, bagian ring yang tajam diletakan di bawah, setelah itu letakan ring yang satunya lagi diatasnya, setelah itu tanamkan ring dengan menumbuknya dengan menggunakan kayu/palu setelah kedua ring tersebut tenggelam lalu ambillah ring dengan menggunakan cangkul. Yang diambil sebagai sampel adalah ring yang di bawah. Setelah itu bersihkan dan ratakan permukaan ring dengan menggunakan pisau dengan sangSat berhati-hati. Setelah itu tutup kedua permukaan ring bagian atas dan bagian bawah dengan menggunakan tutup ring. Lalu bawalah ke lab.
D. Acara IV. Penentuan Warna Tanah
Hari dan tanggal         :           Sabtu, 12 April 2014
Nama                           :           Roni Sampe Layuk
Hasil penelitaian          :           Penentuan warna tanah
            Hasil penelitan warna tanah disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.Pengamatan warna tanah
No
Horison
Warna
1.
O
10 YR 3/2
2.
A
10 YR 5/6
3.
BI dan B2
7.5 YR 7/6

2. Penentuan warna padahorison A









1. Penentuan warna pada horizon O









Gambar 3.Pengamatan warna tanah
1111111111111111111111111111111111





3. Penentuan warna pada horizon B1


















4. Penentuan warna pada horizon B2



























 








Dalam menentukan warna tanah pada pengamatan yang kami lakukan, kami menggunakan buku warna tanah (Munsell soil colour chart).Tanah pada setiap lapisan diambil kemudian dibentuk bulatan dan diletakan pada buku warna tanah (Munsell soil colour chart) setelah itu dicocokkan dengan nilai tanah yang ada pada buku warna tanah (Munsell soil colour chart).
Warna tanah yang teramati pada horizon O berwarna Brown dengan felio 3/2 10YR. Warna tanah pada horizon A berwarna Brown dengan felio 5/6 10 YR. Warna tanah pada horizon B berwarna Strong Brown dengan felio 7/6 7,5 YR.
E. Acara V. Penentuan Tekstur Tanah
            Hasil penentuan tekstur tanah dapat dilihat pada gambar berikut
Hari dan tanggal         :           Sabtu, 12 April 2014
Nama                           :           Roni Sampe Layuk
Hasil penelitaian          :           Penentuan tekstur tanah
Hasil penentuan tekstur tanah disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 5.Pengamatan tekstur tanah
No
Horison
Tekstur
1.
O
pasir berlempung (rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur).
2.
A
pasir berlempung (rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur)
3.
B1 dan B2
Lempungberpasir
Gambar 4. Pengamatan tekstur tanah
1.       Tekstur tanah pada lapisan (O)












2.       Tekstur tanah pada lapisan (A)
















3.    Tekstur tanah pada lapisan (B1)












4.       Tekstur tanah pada lapisan (B2)










 





















Untuk mengetahui tekstur tanah pada pengamatan yang kami lakukan di lapangan, dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat. Sehingga dari pengamatan yang kami lakukan secara manual didapatkan hasil :
a.       Horizon pertama (O) pasir berlempung (rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur).
b.    Horizon kedua (A)  pasir berlempung (rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur).
c.    Horizon ketiga (B) lempungberpasir(rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur, maka tanah).
F.   Acara VI Penentuan Ph Tanah
Hari dan tanggal         :           Sabtu, 12 April 2014
Nama                           :           Roni Sampe Layuk
Hasil penelitaian          :           Pegukuran Ph Tanah
Hasil pengukuran ph tanah dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 6. Pengukuran ph tanah
No
Horison
Ph
1.
O
6.8
2.
A
6.1
3.
B1 dan B2
6.0


Gambar 5.Pengukuran Ph tanah
1.                   1. Pengukuran PH tanah pada lapisan O















2. Pengukuran PH tanah pada lapisan B









 









Untuk mengetahui Ph tanah yang kami amati di lapangan, kami menggunakan soil tester. Soil tester di tancapkan pada penampang tanah mulai dari horizon O sampai horizon B. Agar tidak mengalami kesulitan kami menancapkan soil tester pada bagian tanah yang tidak keras sehingga soil tester bisa terbaca dengan benar.Setelah soil tester tertancap pada penampang tanah yang diamati, kami menunggu sekitar 2 menit sampai skala yang terbaca pada soil tester benar-benar konstan. Dari pengamatan pH tanah, nilai pH yang diperoleh dari setiap horizon adalah sebagai berikut:
a.    Horison O nilai pH sebesar 6.8
b.    Horison B nilai pH sebesar 6.1
c.    Horison B nilai pH sebesar 6.0
       Ph tanah mengalami penurunan pada setiap horizon.Hal ini menunjukan bahwa tingkat kemasanan tanah semakin kebawah semakin berkurang.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A.       Kesimpulan
Dari hasil praktikum ilmu tanah hutan yang dilakukan di Taman Botani dapat disimpulkan bahwa:
1.    Pembuatan profil tanah dilakukan dengan cara menggali tanah  dengan ukuran panjang 2 meter, lebar 2 meter dan kedalaman 1.5 meter. Hal ini dimaksudkan agar kita dapat leluasa berdiri dan melekukan pengamatan di dalam tanah.
2.      Cara pengambilan sempel tanah yaitu:
a.       Pengambilan sempel tanah terusik yaitu dengan mengebor tanah sedalam 20 cm di 4 tempat yang berbeda dengan jarak antara titik yang satu dengan titik yang lain yaitu 20 meter lalu tanah-tanah tersebut dicampur.
b.      Pengambilan sempel tanah utuh dengan menggunakan ring yang di tancapkan pada tanah dan dibawa ke lab.
3.      Warna  tanah  pada setiap lapisanyaitu:
a.       Lapisan O adalah lapisan paling atas yang berwarna hitam kecoklatan.
b.      Lapisan B adalah lapisan bawah yang berwarna kuning kemerahan.
c.       Lapisan C adalah lapisan yang banyak mengandung unsure nikel, lapisan ini berwarna kemerah.
4.      Tekstur tanah pada setiap lapisan horizon yaitu:
a.    Lapisan O dan A bertekstur pasir berlempung
b.    Lapisan B bertekstur lempung berpasir .
5.      Ph tanah mengalami penurunan dari horizon O sampai horizon B, dengan nilai ph setiap horizon yaitu:
a.       Horison O 6.8
b.      Horison A 6.1 dan horison B 6.0
B.       Saran
            Karakteristik tanah dapat diamati pada hutan karena tanah hutan bersifat asli sehingga ini merupakan landasan mengapa ilmu tanah hutan sangat penting untuk dipelajari.Hal ini juga yang menjadi dasar kami melakukan praktikum ilmu tanah di Taman Botani.Setelah melakukan praktikum ilmu tanah hutan, disarankan agar pada praktikum berikutnya mahasiswa datang tepat waktu agar praktikum bisa berlangsung dengan baik dan cepat.Selain itu, mahasiswa juga dituntut untuk mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan terlebihdahulu agar pada saat praktikum berlangsung tidak terjadi kesulitan dalam pembuatan penampang tanah.
            Penulis juga menyarankan kepada setiap pembaca khusunya mahasiswa STIPER  jurusan kehutanan untuk memberikan masukan yang dapat membangun penulis dalam pembuatan laporan selanjutnya.