Selasa, 24 Maret 2015

my poetry


 
MENGAIS REJEKI DARI TUMPUKAN SAMPAH

Tubuhmu kotor penuh debu
Pakaianmu sobek dimakan ngengat
Sekujur tubuh penuh duka
Terlihat jelas di ujung sana
          Ditengah tumpukan sampah
          Tak peduli bengitu kotor
          Kau tetap berjuang mencari makan
           Meski kau tahu itu tak layak
Tak ada yang peduli
Tak ada yang kasihan
Semua melihatmu dan hanya melihat
Entah apa  yang ada di benak mereka
          Hati mereka mungkin terguga
          Tapi sayang. . . . . . .. . .. .. 
           Tangan tak bisa bicara
          Mungkin benar hati mereka tergerak
          Tapi tangan dikalahkan keogoisan
Kutahuuuuuu. . . . .
Semua ini tak pernah kau inginkan
Terkadang kau hanya makan dari apa yang tak layak kau makan
          Kutahuuuuu . . .. . . .
         

Engkau sangat kedinginan
          Kau harus terlelap meski harus melawan dinginya malam
Terus  . . . .dan teruslah ja;lani hidup ini
Apa yang telah kau perjuangkan jangan biarkan berhenti tanpa arti
Meski yang banyak adalah air mata
Meski yang sering kau temui hanya kepedihan
Tapi ingatlah . . .. . . .. . .
Kau tak sendiri di dunia ini














Tikus-tikus kotor di indonesiaku


Duluuuu . . .mendapatkanmu sangatlah susah
Duluuuu . . beribu nyawa berkorban demi engkau
Duluuuu. . .ratap tangis terdengar untukmu
Karena engkau sangatlah berarti
                   Namun kini semua seakan tak ada artinya lagi
                   Perjuangan yang dulu ada
                   Semangat yang dulu berkobar
                   Kejujuran yang dulu terlihat
                   Kini semua tinggal kenangan
Ditengah khatulistiwa, tangisan indonesia terdengar  pilu
Jeritan anak bangsa berteriak dalam kemiskinan
Mereka mengulurkan tangan demi sesuap nasi
                   Mengapaaaa. . . .. . . .
                   Mengapaaaaa .. . . .. . ..
                   Mengapa harus tewrjadi semuanya
Tidak kah kalian sadar
Kalian adalah harapan bangsa
Masa depan tanah ini ada di pundak kalian
Karena kalian lah pemimpin kami
                   Haruskah  ada kecurangan lagi
                   Haruskah kau merebut semuanya
                  

Sampai kalian benar-benar puas
                   Melihat rakyat menderita
Buka  mata kalian
Lihatlah bengitu banyak yang kalian korbankan
Bengitu banyak yang harus menanggung ulah kalian
Tapi kalian hanya bisa tertawa
Bahagia di atas derita mereka