I.PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tanah adalah suatu benda dipermukaan
bumi yang terdapat dipermukaan kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan
mineral sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium
pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat gabungan
dari faktor-faktor iklim, bahan induk, bentuk wilayah dan lamanya waktu
pertumbuhan.
Tanah dapat
ditemukan disekitar kita dan mempunyai arti yang sangat penting dalam
kehidupan. Seperti yang telah kita ketahui tanah merupakan media tumbuh bagi
makhluk hidup sehingga sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup makhluk hidup
yang hidup di atasnya.Secara fisik tanah
berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran, penopang tegak
tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara. Secara kimiawi
berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi senyawa organik dan
anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial. Dan secara biologi tanah berfungsi sebagai habitat organisme tanah yang
turut berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara dan zat-zat aditif bagi
tanaman.
Pembentukan tanah berasal dari proses pelapukan yaitu proses
pemecahan atau penghancuran. Pelapukan tersebut
berasal dari batuan induk menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses
pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang lapuk oleh
mikroorganisme. Pelapukan bahan induk dipengaruhi oleh faktor iklim terutama
faktor curah hujan, suhu dan pengaruh aktivitas organisme hidup (termasuk
vegetasi, mikroba, organisme tanah dan manusia), pada suatu topografi atau
relief dalam jangka waktu tertentu.Karena adanya faktor-faktor tersebut, maka
tanah suatu tempat pasti berbeda dengan tempat lainnya.Perbedaan tersebut ada
pada ciri-ciri morfologi tanah baik itu dari warna, tekstur, struktur,
hingga menyangkut masalah unsur-unsur pembentukannya.
B.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dalam praktikum
ilmu tanah adalah:
a.
Mengamati dan mengetahui profil tanah
b.
Mengetahui cara pengambilan contoh tanah
terusik
c.
Mengetahui cara pengambilan contoh tanah
utuh
d.
Mengetahui cara penentuan warna tanah
e.
Mengetahui cara penentuan tekstur tanah
f.
Mengetahui cara menentukan Ph tanah
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Profil Tanah
Profil tanah adalah penampang vertikal
tanah yang dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan induk dalam tanah. Tanah
yang terbentuk di permukaan bumi berkembang dari bahan mineral yang berasal
dari batu-batuan melalui proses pelapukan, baik secara fisik maupun kimia yang
dibantu oleh pengaruh dari atmosfer, sehingga di dalam tanah terdapat empat
komponen utama yaitu bahan mineral, bahan organik, udara, dan air tanah. Profil
tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang dibuat dengan cara
menggali lubang dengan ukuran tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai
dengan keadaan-keadaan tanah dan keperluan penelitian (Pasaribu, 2007).
Profil tanah terdiri dari horizon-horison
O-A-E-B-C-R.Empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi cuaca disebut solum
tanah, horison O-A disebut lapisan tanah atas dan horison E-B disebut lapisan
tanah bawah (Kemas Ali Hanafiah, 2005).
Horizon O adalah lapisan yang didominasi oleh bahan organik.
Sebagian besar horizon O tersusun dari serasah segar yang belum terdekomposisi
atau sebagian telah terdekomposisi yang telah tertimbun di permukaan. Serasah
seperti ini dapat berada di atas permukaan tanah mineral atau tanah organik.
Horizon A adalah horizon mineral yang terbentuk pada permukaan tanah atau di
bawah suatu horizon O. Horizon ini memperlihatkan kehilangan seluruh atau
sebagian besar struktur batuan asli dan menunjukkan salah satu atau kedua sifat
berikut yaitu akumulasi bahan organik terhumifikasi yang bercampur sangat
intensif dengan fraksi mineral, dan tidak di dominasi oleh sifat-sifat yang
merupakan karakteristik horizon E atau B. Sifat-sifat yang merupakan akibat
dari pengolahan tanah, pengembalaan ternak atau jenis-jenis gangguan lain yang
serupa.
Horizon
E adalah horizon mineral yang penampakan utamanya adalah kehilangan liat silikat, besi,
alumunium atau beberapa kombinasi senyawa-senyawa tersebut, meninggalkan suatu
konsentrasi partikel-partikel pasir dan debu.Horizon ini memperlihatkan lenyapnya
seluruh atau sebagian besar dari struktur batuan aslinya. Horizon E dibedakan
dari horizon B di bawahnya dalam sequm tanah sama , oleh warna dengan value lebih
tinggi atau chrome lebih rendah, atau kedunya, oleh tekstur yang lebih
kasar atau oleh suatu kombinasi dari sifat-sifat tersebut.
Horizon B dalah horizon-horison yang terbentuk di bawah suatu horizon A, E atau
O. Horizon-horison ini didominasi oleh
lenyapnya seluruh atau sebagian terbesar sari struktur batuan aslinya, dan
memperlihatkan satu atau lebih sifat-sifat seperti :konsentrasi atau penimbunan secara
aluvial dari liat silikat, senyawa besi, senyawa alumunium, humus, senyawa
karbonat, gispsum, atau silika, secara mandiri atau dalam kombinasi.
Tanda-tanda atau gejala adanya pemindahan atau penambahan senyawa
karbonat.Konsentrasi oksidan-oksidan secar residu. penyelaputan sesquioksida yang
mengakibatkan horizon terlihat jelas menpunyai value warna lebih rendah, chrome
lebih tinggi atau hue lebih merah tanpa proses iluviasi semyawa besi
yang terlihat jelas.
Horizon C adalah horison atau lapisan, tidak termasuk batuan dasar yang lebih
keras dan tersementasi kuat, yang dipengaruhi sedikit oleh proses pedogenik,
serta tidak memiliki sifat-sifat horizon O, A, E, atau B. Sebagian besar
merupakan lapisan-lapisan mineral. Suatu horizon C mungkin saja telah mengalami
perubahan, walaupun tidak terdapat tanda-tanda adanya proses pedogenesis.
Horizon R adalah batuan dasar tersementasi kuat sampai mengeras.Granit, basalt,
kuarsit, batugamping, dan batupasir adalah contoh batuan dasar yang diberi simbol dengan huruf R. Lapisan R cukup
kompak jika lembab sehingga cukup sulit digali dengan sekop walaupun lapisan
tersebut dapat pecah berkeping-keping.
B. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan
Tanah
1.Kemiringan
Daerah dengan kemiringan terjal akan
mengandung sedikit soil atau tidak sama sekali. Hal ini disebabkan oleh gravitasi
yang membuat air dan partikel soil bergerak ke bawah. Vegetasi akan jarang
sehingga akan sedikit akar tanaman yang menyentuh batuan lapuk dan akan sangat
jarang bahan organik yang menyediakan nutrien. Kontras dengan yang tadi, daerah
bottomland akan sangat tebal, namun drainasenya kurang baik dan soil akan jenuh
air.
2. Material Asal
Material asal adalah sumber dari
mineral lapuk yang membentuk hampir seluruh soil. Soil yang berasal dari granit
lapuk akan menjadi pasiran karena partikel kuarsa dan feldspar yang terlepas
dari granit. Setelah butiran feldspar lapuk, mineral lempung berukuran halus
akan terbentuk. Soil yang terbentuk akan memiliki variasi ukuran butir yang
sangat baik untuk drainase dan kemampuan menahan air.
3. Organisme Hidup
Fungsi utama organisme hidup adalah
untuk menyediakan bahan organik bagi soil. Humus akan menyediakan nutrien dan
membantu menahan air. Tumbuhan membusuk akan melepaskan asam organik yang
meningkatkan pelapukan kimiawi. Hewan penggali seperti semut, cacing, dan tikus
membawa partikel soil ke permukaan dan mencampur bahan organik dengan mineral.
4. Waktu
Karakter soil berubah seiring
berjalannya waktu.Soil yang masih muda masih mencerminkan struktur material
asalnya. Soil yang sudah dewasa akan lebih tebal. Pada daerah volkanik aktif,
rentang waktu antarerupsi dapat ditentukan dengan meneliti ketebalan soil yang
terbentuk pada masing-masing aliran ekstrusif.Soil yang telah terkubur
dalam-dalam oleh aliran lava, debu vulkanik, endapan glasial, atau sedimen
lainnya disebut paleosol.Soil seperti ini dapat dilacak secara regional dan
dapat mengandung fosil.Maka dari itu, soil inisangat berguna untuk dating
batuan dan sedimen, serta untuk menginterpretasi iklim dan topografi lampau.
5. Iklim
Iklim merupakan merupakan faktor
terpenting yang menentukan ketebalan dan karakter soil. Material asal pada topografi
yang sama dapat terbentuk menjadi soil yang berbeda jika iklimnya berbeda.
Temperatur dan curah hujan menentukan pelapukan kimiawi atau mekaniska yang
paling dominan, dan akan berpengaruh kepada laju dan kedalaman pelapukan. Iklim
juga menentukan jenis organisme yang dapat hidup di soil tersebut.
C.
Sifat Fisik Tanah
1. Warna Tanah
Warna tanah
merupakan salah satu sifat yang mudah dilihat dan menunjukkan sifat dari tanah
tersebut. Warna tanah merupakan campuran komponen lain yang terjadi karena
mempengaruhi berbagai faktor atau persenyawaan tunggal. Urutan warna tanah
adalah hitam,coklat, karat, abu-abu, kuning dan putih.
Warna tanah dengan akurat dapat diukur dengan tiga sifat-sifat prinsip
warnanya.Dalam menentukan warna cahaya dapat juga menggunakan Munsell Soil
Colour Chart sebagai pembeda warna tersebut.Penentuan ini meliputi penentuan
warna dasar atau matrik, warna karatan atau kohesi dan humus.Warna tanah
penting untuk diketahui karena berhubungan dengan kandungan bahan organik yang
terdapat di dalam tanah tersebut, iklim, drainase tanah dan juga mineralogi
tanah (Thompson dan Troen, 1978).
Mineral-mineral yang terdapat dalam jumlah tertentu dalam tanah
kebanyakan berwarna agak terang (light).Sebagai akibatnya, tanah-tanah
itu berwarna agak kelabu terang, jika terdiri dari mineral-mineral serupa itu
yang sedikit mengalami perubahan kimiawi.
Warna gelap pada tanah umumnya disebabkan oleh kandungan tinggi dari
bahan organik yang terdekomposisi, jadi, dengan cara praktis persentase bahan
organik didalam tanah diestimasi berdasarkan warnanya. Bahan organik di dalam
tanah akan mengahasilkan warna kelabu gelap, coklat
gelap, kecuali terdapat pengaruh mineral seperti besi oksida ataupun akumulasi
garam-garam sehingga sering terjadi modifikasi dari warna-warna di atas.
2. Tekstur Tanah
Tekstur tanah
adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya
perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada
tanah (Badan Pertanahan Nasional). Dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai
ukuran diameter paling besar yaitu 2 - 0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 - 0.002
mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm (penggolongan berdasarkan USDA). Keadaan
tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat tanah yang lain
seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan lain-lain.
Tabel 1. Proporsi Fraksi menurut Kelas Tekstur
Tanah
Kelas
Tekstur Tanah
|
Proporsi (%)
fraksi tanah
|
||||||
Pasir
|
Debu
|
Liat
|
|||||
1. Pasir (Sandy)
|
85
|
15
|
10
|
||||
2. Pasir Berlempung (Loam
Sandy)
|
70-90
|
30
|
15
|
||||
3. Lempung Berpasir (Sandy
Loam)
|
40-87,5
|
50
|
20
|
||||
4. Lempung (Loam)
|
22,5-52,5
|
30-50
|
10-30
|
||||
5. Lempung Liat Berpasir (Sandy-Clay-Loam)
|
45-80
|
30
|
20-37,5
|
||||
6. Lempung Liat berdebu (Sandy-silt
loam)
|
20
|
40-70
|
27,5-40
|
||||
7. Lempung Berliat (Clay
Loam)
|
20-45
|
15-52,5
|
27,5-40
|
||||
8. Lempung Berdebu (Silty
Loam)
|
47,5
|
50-87,5
|
27,5
|
||||
9. Debu (Silt)
|
20
|
80
|
12,5
|
||||
10. Liat Berpasir (Sandy-Clay)
|
45-62,5
|
20
|
37,5-57,5
|
||||
11. Liat Berdebu (Silty-Clay)
|
20
|
40-60
|
40-60
|
||||
12. Liat (Clay)
|
45
|
40
|
40
|
||||
Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual
yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk,
sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir
pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:
1.
Apabila rasa kasar terasa sangat jelas,
tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan, maka tanah
tersebut tergolong bertekstur Pasir (Sandy)
2. Apabila
rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi
mudah sekali hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Pasir
Berlempung (Loam Sandy).
3. Apabila
rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur,
maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Berpasir (Sandy Loam).
4. Apabila
tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk agak teguh,
dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah
tersebut tergolong bertekstur Lempung (Loam).
5. Apabila
terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan
permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung
Berdebu (Silty Loam).
6. Apabila
terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat
dibentuk gulungan yang agak mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Lempung Berliat (Clay Loam).
7. Apabila
terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat
dibentuk gulungan yang agak mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Lempung Berliat (Clay Loam).
8. Apabila
terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk
bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur, maka tanah tersebut
tergolong bertekstur Lempung Liat Berpasir (Sandy-Clay-Loam).
9. Apabila
terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta
dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut
tergolong bertekstur Lempung Liat Berdebu (Sandy-silt loam).
10. Apabila
terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh,
dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat
Berpasir (Sandy-Clay).
11. Apabila
terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan
mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat Berdebu (Silty-Clay).
12. Apabila
terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan
mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat (Clay).
3.
Struktur Tanah
Struktur tanah terbentuk melalui Agregasi berbagai partikel tanah
yang menghasilkan bentuk/susunan tertentu pada tanah.Struktur tanah juga
menentukan ukuran dan jumlah rongga antar partikel tanah yang mempengaruhi
pergerakan air, udara, akar tumbuhan, dan organisme tanah. Beberapa jenis
struktur tanah adalah remah,butir(granular), lempeng, balok,prismatik, dan
tiang.
Tipe
struktur tanah terdapat
empat bentuk utamanya yaitu :
a. Bentuk
lempung
Bentuknya
sumbu horizontal lebih panjang dari sumbu vertikalnya biasanya terjadi pada
tanah liat yang baru terjadi secara deposisi.
b.Bentuk prisma
Bentuknya jika sumbu
vertikal lebih panjang dari pada sumbu horizontal.Jadi agregat terarah pada
sumbu vertikal.Seringkali mempunyai 6 sisi dan diameternya mencapai 16 cm.
Banyak terdapat pada horizon B tanah berliat.Jika bentuk puncaknya datar
disebut prismatik dan membulat disebut kolumner.
c.Kubus (Bloky)
Berbentuk jika sumber
horizontal sama dengan sumbu vertikal. Jika sudutnya tajam disebut kubus
(angular blocky) dan jika sudutnya membulat maka disebut kubus membulat (sub
angular blocky).Ukuranya dapat mencapai 10 cm.
d.Bentuk spheroidel atau bulat
Agregat
yang membulat, biasanya diameternya tidak lebih dari 2 cm.Keempat
bentuk utama di atas akhirnya menghasilkan tujuh tipe struktur tanah.Suatu pengertian
tentang sebab-sebab perkembangan struktur di dalam tanah perlu diperhatikan,
karena sturktur tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan dapat berubah
karena pengelolaan tanah.
Struktur
dapat berkembang dari butir-butir tunggal ataupun kondisi massive.Dalam rangka
menghasilkan agregat-agregatharus terdapat beberapa mekanisme dimana
partikel-partikel tanah mengelompok bersama-sama menjadi cluster.Pembentukan
ini kadang-kadang sampai ke tahap perkembangan struktural yang mantap.
Struktur
tanah dapat memodifikasi pengaruh tekstur dalam hubungannya dalam kelembaban,
porositas, tersedianya unsur hara, kegiatan jasad hidup dan pertumbuhan akar.
Struktur lapisan olah dipengaruhi oleh praktis dan di mana aerasi dan drainase
membatasi pertumbuhan tanaman, sistem pertanaman yang mampu menjaga kemantapan
agregat tanah akan memberikan hasil yang tinggi bagi produksi pertanian (Hakim
et al, 1982).
4. Konsistensi tanah
Konsistensi
tanah adalah kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi
butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah
terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Gaya-gaya tersebut misalnya
pencangkulan, pembajakan dll.Tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya
mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah.Oleh karena tanah dapat
ditemukan dalam keadaan lembab, basah atau kering maka konsistensi tanah
disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut.
Dalam keadaan lembab tanah dibedakan kedalam konsistensi
gembur (mudah diolah) sampai teguh (agak sulit dicangkul).Dalam keadaan kering,
tanah dibedakan kedalam konsistensi lunak sampai keras.Dalam keadaan basah,
dibedakan kedalam konsistensi plastis sampai tidak plastis atau tidak lekat
sampai lekat.
Di lapangan tanah yang dalam kondisi lembab atau kering
konsistensi tanah ditentukan dengan meremas segumpal tanah.Bila gumpalan
tersebut mudah hancur, maka tanah dikatakan berkonsistensi gembur atau
lunak.Bila gumpalan tanah sukar hancur dengan remasan tersebut tanah dikatakan
berkonsistensi teguh atau keras.
Secara lebih terperinci, cara penentuan konsistensi tanah
dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Konsistensi basah
a.
Tingkat
kelekatan, yaitu menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi antara butir-butir
tanah dengan benda lain.
b.
Tingkat
Plastisitas yaitu menunjukan kemampuan tanah membentuk gulungan.
2. Konsistensi lembap
Pada
konsistensi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi dibagi 6
kategori berikut:
a. Lepas.
b. Sangat gembur.
c. Gembur.
d. Teguh/kokoh.
e. Sangat teguh.
f. Sangat teguh sekali.
3. Konsistensi Kering
Konsistensi
tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara , dibagi 6 kategori sebagai
berikut:
a. Lepas.
b. Lunak.
c. Agak keras.
d. Keras.
e. Sangat keras.
f. Sangat keras sekali.
Beberapa
faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah:
(1) Tekstur
tanah.
(2) sifat dan jumlah koloid organik dan
anorganik tanah.
(3) sruktur tanah, dan
(4) kadar air
tanah.
5. Kadar Air
Metode umum
yang biasa dipakai untuk menentukan jumlah air yang dikandung oleh tanah adalah
persentase terhadap tanah kering. Bobot tanah yang lembab dalam hal ini dipakai
karena kedaaan lembab sering bergejolak dengan keadaan air (menurut Hakim
et al 1986),.
Kadar dan ketersediaan air tanah
sebenarnya pada setiap koefisien umum bervariasi terutama tergantung pada
tekstur tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi dan kedalaman
solum/lapisan tanah. Di samping itu, faktor iklim dan tanaman juga menentukan
kadar dan ketersediaan air tanah. Faktor iklim juga berpengaruh meliputi curah
hujan, temperatur dan kecepatan yang pada prinsipnya terkait dengan suplai air
dan evapotranirasi. Faktor tanaman yang berpengaruh meliputi bentuk dan
kedalaman perakaran, toleransi terhadap kekeringan serta tingkat dan stadia
pertumbuhan, yang pada prinsipnya terkait dengan kebutuhan air tanaman
6.
Bulk Density ( Kerapatan )
Kerapatan isi adalah berat per
satuan volume tanah kering oven, biasanya ditetapkan dalam g/cc (Hakim et al,
1986). Menurut Hardjowigeno (1987), bulk density dapat digunakan untuk
menghitung ruang pori total dengan dasar bahwa kerapatan zarah tanah adalah
2,65 g/cc. Metode penentuan bulk density yang paling sering digunakan adalah
dengan ring sampel atau metode clod gumpalan tanah yang dicelulpkan ke dalam
cairan plastik yang kemudian ditimbang dan di dalam air untuk mengetahui berat
dan volume dari clod gumpalan isi.Nilai
kerapatan massa tanah berbanding lurus dengan tingkat kekasaran
partikel-partikel tanah, makin kasar akan makin berat(Hanafiah
(2005).
7. Infiltrasi
Infiltrasi dari segi hidrologi
penting, karena hal ini menandai peralihan dari air permukaan yang bergerak
cepat ke air tanah yang bergerak lambat dan air tanah.Kapasitas infiltrasi
suatu tanah dipengaruhi oleh sifat-sifat fisiknya dan derajat kemampatannya,
kandungan air dan permebilitas lapisan bawah permukaan, nisbi air, dan iklim
mikro tanah.Air yang berinfiltrasi pada satu tanah
hutan karena pengaruh gravitasi dan daya tarik kapiler atau disebabkan juga
oleh tekanan dari pukulan air hujan pada permukaan tanah.
Infiltrasi adalah proses masuknya
air dari permukaan ke dalam tanah. Perkolasi adalah gerakan aliran air di dalam
tanah (dari zone of aeration ke zone of
saturation).Infiltrasi berpengaruh terhadap saat mulai terjadinya aliran
permukaan dan juga berpengaruh terhadap laju aliran permukaan (run off).
Beberapa faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi laju infiltrasi adalah :
a.
Dalamnya genangan di atas permukaan
tanah dan tebal lapisan yang jenuh.
b. Kelembaban
tanah
c. Pemampatan
tanah oleh curah hujan
d. Penyumbatan
oleh bahan yang halus (bahan endapan)
e. Pemampatan
oleh orang dan hewan
f. Struktur
tanah
g. Tumbuh-tumbuhan
h. Udara yang
terdapat dalam tanah
i.
Topografi
j.
Intensitas hujan
k. Kekasaran
permukaan
l.
Mutu air
m. Suhu udara
8.RuangPori Total
Ruang pori
total adalah volume dari tanah yang ditempati oleh udara dan air. Persentase
volume ruang pori total disebut porositas. Untuk menentukan porositas, contoh
tanah ditempatkan pada tempat berisi air sehingga jenuh dan kemudian cores ini
ditimbang. Perbedaan berat antara keadaan jenuh air dan core yang kering oven
merupakan volume ruang pori. Untuk 400 cm3 cores yang berisi 200 gr
(200 cm3) air pada kondisi jenuh porositas tanahnya akan mencapai
50% (Foth, 1988).
Tanah dengan
tekstur halus mempunyai kisaran ukuran dan bentuk partikelnya yang luas.Hal ini
telah ditekankan bahwa tanah permukaan yang berpasir mempunyai porositras kecil
daripada tanah liat. Berarti bahwa tanah pasir mempunyai volume yang lebih
sedikit ditempati oleh ruang pori. Ruang pori total pada tanah pasir mungkin
rendah tetapi mempunyai proporsi yang besar yang disusun daripada komposisi
pori-pori yang besar yang sangat efisien dalam pergerakan udara dan airnya.
Persentase volume yang dapat terisi oleh pori-pori kecil pada tanah pasir
rendah yang menyebabkan kapasitas menahan airnya rendah. Sebaliknya tanah-tanah
permukaan dengan tekstur halus memiliki ruang pori total lebih banyak dan
proporsinya relatif besar yang disusun oleh pori kecil. Akibatnya adalah tanah
mempunyai kapasitas menahan air yang tinggi.
9.Permeabilitas
Semua jenis tanah bersifat lolos air
(permeable) dimana air bebas mengalir melalui ruang-ruang kosong (pori-pori)
yang ada di antara butiran-butiran tanah. Tekanan pori diukur relatif terhadap
tekanan atmosfer dan permukaan lapisan tanah yang tekanannya sama dengan
tekanan atmosfer dinamakan muka air tanah atau permukaan freasik, di bawah muka
air tanah. Tanah diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak demikian karena
ada rongga-rongga udara.
Permeabilitas
tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air.Struktur dan tekstur
serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam menaikkan laju
permeabilitas tanah.Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju infiltrasi
dan dengan demikian, menurunkan laju air larian.
Koefisien
permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi
oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara
garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan
makin rendah koefisien permeabilitasnya.
Menurut
Susanto dan Purnomo (1996), pada kebanyakan tanah, pada kenyataan konduktivitas
hidroulik tidak selamanya tetap. Karena berbagai proses kimia, fisika dan
biologi, konduktivitas hidroulik bisa berubah saat air masuk dan mengalir ke
dalam tanah. Perubahan yang terjadi pada komposisi ion kompleks yang dapat
dipertukarkanseperti saat air memasuki tanah mempunyai komposisi atau
konsentrasi zat terlarut yang berbeda dengan larutan awal, bisa sangat merubah
konduktivitas hidroulik. Secara umum konduktivitas akan berkurang bila
konsentrasi zat terlarut elektrolit berkurang, disebabkan oleh penomena
pengembangan dan dispersi yang juga dipengaruhi oleh
jeni-jenis kation yang ada pelepasan dan perpindahan partikel-partikel lempung,
selama aliran yang lama, bisa menghasilkan penyumbatan
pori. Interaksi zat terlarut dan matrik tanah dan pengaruhnya terhadap
konduktivitas hidroulik khususnya penting pada tanah-tanah masam dan berkadar
natrium tinggi.
10. Stabilitas Agregat.
Kemantapan agregat adalah ketahanan
rata-rata agregat tanah melawan pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau
penggenangan air. Kemantapan tergantung padaketahanan jonjot tanah melawan daya
dispersi air dan kekuatan sementasi atau pengikatan.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kemantapan
agregat antara lain bahan-bahan penyemen agregat tanah, bentuk dan ukuran agregat, serta tingkat agregasi stabilitas
agregat yang terbentuk tergantung pada keutuhan tanah
permukaan agregat pada saat rehidrasi dan kekuatan ikatan antarkoloid-partikel
di dalam agregat pada saat basah. Pentingnya peran lendir (gum) microbial
sebagai agen pengikat adalah menjamin kelangsungan aktivitas mikroba dalam
proses pembentukan dan agregasi.
D.Sifat
Kimia Tanah
Perilaku kimiawi tanah didefinisikan sebagai
keseluruhan reaksi fisik-kimia dan kimia yang berlangsung antar-penyusun tanah
serta antara penyusun tanah tanah dalam bentuk pupuk ataupun pembenahan tanah
lainnya. Faktor kecepatan semua bentuk reaksi kimia yang berlangsung dalam
tanah mempunyai kisaran sangat lebar, yakni antara sangat singkat yang
diperhitungkan dengan menit reaksi jerapan tertentu sampai luar biasa lama
waktu yang diperhitungkan dengan abad reaksi yang berhubungan dengan proses
pembentukan tanah. Pada umumnya, rekasi-reaksi yang terjadi di dalam tanah
diimbas oleh tindakan faktor lingkungan tertentu.
Menurut (hardjowigeno 1987)
sifat-sifat kimia tanah terdiri dari:
a. Reaksi tanah (pH tanah). Menunjukan sifat keasaman tanah yang dinyatakan dengan
nilai ph. Nilai ph menunjukan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H)
di dalam tanah semkin masam tanah tersebut.
b. Koloid tanah adalah bahan mineral dan bahan organik tanah yang sangat
halus sehingga membentuk permukaan
yang tinggi persatuan berat. Koloid tanah
merupakan bagian tanah yang sangat aktif dalam reaksi reaksi fsikokimia di
dalam tanah.
c. Kapasitas tukar kation
dinyatakan dalam satuan kimia yaitu miliekivalen per 100gram.
d. Pertukaran anion banyak ditemukan pada mineral liat amorf, dan liat al
dan fe-oksida.
e. Kejenuhan basa, menunjukan perbandingan antara jumlah kation
kation basa dengan jumlah semua kation yang terdapat dalam kompleks jerapan
tanah.
E. Sifat-Sifat Biologi Tanah
Menurut (Hardjowigeno 2003)
sifat-sifat biologi tanah terdiri dari:
1. Makro fauna
Makro fauna atau penghuni tanah
dapat dibedakan menjadi: hewan hewan besar pelubang tanah, cacing
tanah.Hewan-hewan besar pelubang tanah seperti tikus, kadang kadang dapat
memperbaiki tata udara tanah dan mengubah kesuburan serta struktur tanah.Cacing
tanah mengaduk tanah dan memperbaiki tata udara tanah sehingga infiltrasi air
menjadi lebih baik dan lebih muda ditembus akar.
2. Makro flora
Tanaman tanaman tinggi adalah
produsen primer bahan organik dan penyimpan energi surya.Akar akar tumbuh dan mati didalam tanah sehingga
menyediakan makanan dan energy bagi hewan tanah dan mikro flora.Akar tanaman
yang masih
hidup mempengaruhi keseimbangan hara tanah akibat penyerapan unsure-unsur hara oleh akar-akar tersebut.
3. Mikro flora
Bakteri, fungi dan actinomicetes
membantu pembentukan struktur tanah yang mantap karena tumbuhan mikro ini dapat
mengeluarkan sekresi zat
perekat yang tidak mudah larut dalam air.
F.
Analisis pH Tanah
PH tanah menunjukkan derajat keasaman tanah atau
keseimbangan antara konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan
tanah. Apabila konsentrasi H+ dalam larutan tanah lebih banyak dari
OH- maka suasana larutan tanah menjadi asam, sebalikya bila
konsentrasi OH- lebih banyak dari pada konsentrasi H+
maka suasana tanah menjadi basa. pH tanah sangat menentukan pertumbuhan dan
produksi tanaman makanan ternak, bahkan berpengaruh pula pada kualitas hijauan
makanan ternak. PH tanah yang optimal bagi pertumbuhan kebanyakan tanaman
makanana ternak adalah antara 5,6 - 6,0. Pada tanah pH lebih rendah dari 5,6
pada umumnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat akibat rendahnya
ketersediaan unsur hara penting seperti fosfor dan nitrogen. Bila pH lebih
rendah dari 4,0 pada umumnya terjadi kenaikan Al3+ dalam
larutan tanah yang berdampak secara fisik merusak sistem perakaran, terutama
akar-akar muda, sehingga pertumbuhan tanaman menjadiaa terhambat.
Dasar
penetapan nilai pH menunjukkan konsentrasi ion
H+ dalam larutan tanah, yang dinyatakan sebagai –log[H+].
Peningkatan
konsentrasi H+ menaikkan potensial larutan yang diukur oleh alat dan
dikonversi dalam skala pH. Potensial yang timbul diukur berdasarkan potensial
elektrode pembanding (kalomel atau AgCl). Biasanya digunakan satu elektrode
yang sudah terdiri atas elektrode pembanding dan elektrode gelas (elektrode
kombinasi). Konsentrasi H+ yang diekstrak dengan air menyatakan
kemasaman aktif (aktual) sedangkan pengekstrak KCl 1 N menyatakan kemasaman
cadangan (potensial).
PH tanah atau tepatnya pH larutan tanah
sangat penting karena larutan tanah mengandung unsur hara seperti Nitrogen (N),
Potassium/kalium (K), dan Pospor (P) dimana tanaman membutuhkan dalam jumlah
tertentu untuk tumbuh, berkembang, dan bertahan terhadap penyakit. Jika pH
larutan tanah meningkat hingga di atas 5,5; Nitrogen (dalam bentuk nitrat) menjadi
tersedia bagi tanaman. Disisi lain Pospor akan tersedia bagi tanaman pada Ph
antara 6,0 hingga 7,0. Beberapa bakteri membantu tanaman mendapatkan N dengan
mengubah N di atmosfer menjadi bentuk N yang dapat digunakan oleh tanaman.
Bakteri ini hidup di dalam nodule akar tanaman legume (seperti alfalfa dan
kedelai) dan berfungsi secara baik bilamana tanaman dimana bakteri tersebut
hidup tumbuh pada tanah dengan kisaran pH yang sesuai.
Pentingnya pH tanah adalah menentukan
mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman, menunjukkan kemungkinan adanya
unsur-unsur beracun, dan mempengaruhi perkembangan mikro organisme. Tanah yang
terlalu masam dapat dinaikkan pH-nya dengan menambahkan kapur ke dalam tanah,
sedang tanah yang terlalu alkalis dapat diturunkan pH-nya dengan penambahan
belerang (Hardjowigeno 2003).
Reaksi tanah atau pH tanah dapat
memberikan petunjuk beberapa sifat tanah. Makin tinggi pH makin banyak
basa-basa terdapat dalam tanah. Tanah-tanah yang terus menerus tercuci oleh air
hujan cenderung mempunyai pH yang rendah dan miskin basa-basa. Pada tanah
masam, aktivitas (kelarutan) Al mungkin tinggi dan dapat meracuni tanaman,
sedangkan pada tanah-tanah yang mempunyai pH tinggi unsur-unsur tertentu
mungkin kurang tersedia untuk tanaman karena mengendap. Reaksi tanah
mempengaruhi kegiatan mikroorganisme dalam tanah. Pada pH sekitar netral,
bakteri aktif melapuk bahan organik, sedang pada tanah masam pelapukan lebih
banyak dilakukan oleh cendawan.
Pada pH yang terlalu rendah aktivitas memfiksasi
nitrogen oleh bakteri Rhizobium tertekan. Umumnya unsur
hara mudah diserap oleh akar tanaman pada keadaan pH netral karena pada pH
tersebut kebanyakan unsur hara dapat larut dalam air. Mengingat besarnya
pengaruh pH terhadap pertumbuhan tanaman, maka para ahli melakukan penyelidikan
guna memperoleh pengetahuan tentang pH dan bagaimana cara yang dapat dilakukan
bila mengetahui keadaan suatu pH di lapangan yang cocok untuk keperluan
budidaya tanaman. Pertumbuhan tanaman juga berkontribusi dalam pengasaman
tanah, proses penyerapan hara utama (kalium, kalsium dan
magnesium) disertai pertukaran dengan
ion hidrogen sehingga menyebabkan terjadinya
pengasaman tanah. Jenis tanaman tertentu juga mempengaruhi
pengasaman tanah. Semakin rendah
tingkat keasaman dalam tanah maka semakin banyak kandungan organik
didalam tanah. Penilaian mengenai produktivitas atau kesuburan tanah dapat
dilihat pada tiga aspek, yaitu sifat fisik tanah, sifat kimia dan biologis
tanah. Ketiga aspek ini dapat diketahui sama penting peranannya dalam
menentukan kesuburan tanah. Apabila dari salah satu dari ketiga aspek ini
rendah, sementara yang lainnya tinggi maka produktivitas tanah yang maksimum
belum dapat tercapai.
G.
Pengambilan Contoh Tanah
Contoh Tanah
adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu bagian tubuh tanah
(horison/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan dengan
sifat-sifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium. Pengambilan
contoh tanah dapat dilakukan dengan 2 teknik dasar yaitu pengambilan contoh
tanah secara utuh dan pengambilan contoh tanah secara tidak utuh.Sebagaimana dikatakan dimuka bahwa pengambilan
contoh tanah disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti. Untuk penetapan
sifat-sifat fisika tanah ada 3 macam pengambilan contoh tanah yaitu
1.
Contoh tanah tidak terusik (undisturbed soil sample) yang diperlukan untuk analisis penetapan
berat isi atau berat volume (bulk density),
tagihan ukuran pori (pore size distribution) dan untuk permeabilitas
(konduktivitas jenuh)
2.
Contoh tanah dalam keadaan agregat tak terusik (undisturbed soil aggregate) yang
diperlukan untuk penetapan agihan ukuran agregat dan derajad kemantapan agregat
(aggregate stability)
3.
Contoh tanah terusik (disturbed soil sample), yang diperlukan untuk penetapan kadar
lengas, tekstur, tetapan Atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung, kadar
lengas kritik, Indeks patahan (Modulus of
Rupture:MOR), konduktivitas hidroulik tak jenuh, luas permukaan (specific surface), erodibilitas (sifat
ketererosian) tanah menggunakan hujan tiruan (rainfall simulator).
4.
Untuk penetapan sifat kimia tanah misalnya
kandungan hara (N, P, K, dll), kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa,
dll digunakan pengambilan contoh tanah terusik.
Pengambilan contoh tanah utuh menggunakan tabung
berbentuk selinder terbuat dari kuningan berbentuk kuningan berukuran tinggi 4
cm dengan diameter luar 7.39 cm dan diameter dalam 7.63 cm. Atau terbuat dari
baja anti karat berukuran tinggi 5.1 cm dengan diameter luar 5,3 cm dan diameter
dalam 5.0 cm.
III.
METODE PRAKTIKUM
A.
Waktu
dan Tempat
Hari
/ tanggal : Sabtu, 12 April 2014
Pukul
: 09.30-13.00 wita
Tempat : Taman Botani
B. Alat dan
Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ilmu
tanah dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
No
|
Alat dan Bahan
|
Kegunaan
|
1.
|
Cangkul
|
Membuat profil
(menggali tanah)
|
2.
|
Linggis
|
Membuat profil
(menggali tanah)
|
3.
|
Sekop
|
Membuat profil
(menggali tanah)
|
4.
|
Bor tanah
|
Mengambil contoh tanah terusik
|
5.
|
Ring tanah
|
Mengambil contoh tanah utuh
|
6.
|
Meteran
|
Mengukur kedalaman tanah
|
7.
|
Soil tester
|
Mengamati Ph tanah
|
8.
|
Cutter
|
Meratakan tanah pada ring tanah
|
9.
|
Plastik sampel tanah
|
Tempat
mengumpulkan contoh tanah terusik dan tanah utuh
|
10.
|
Buku warna tanah
|
Mengamati warna tanah
|
C. Cara kerja
1.
Acara I. Pembuatan
Penampang Tanah (Profil tanah)
a.
Lubang penampang
tanah umumya harus cukup besar, supaya orang dapat dengan mudah duduk atau
berdiri di dalamnya dan pemeriksaan dapat dengan sempurna. Penampang berukuran
panjang 2 m, lebar 1, kedalaman 1.5 m atau sesuai dengan penampang control (control
section) dari orde tanah.
b.
Bagian sisi
penampang yang diamati adalah sisi yang terkena sinar matahari agar tampak
terang. Apabila profil terdapat pada lahan yang miring, maka sisi penampang
yang diamati adalah sisi dinding di bagian atas.
c.
Tanah bekas
galian tidak boleh ditimbun di atas panampang yang akan diamati, karena akan
mengganggu pengamatan/pemeriksaan dan pengamatan contoh tanah.
2.
Acara II.
Pengambilan Contoh Tanah Terusik
Pengambilan contoh tanah terusik dengan bor tanah:
a.
Meletakan mata
bor di permukaan mata tanah
b.
Memutar pegangan
bor perlahan-lahan kearah kanan dengan disertai tekanan ke bawah
c.
Jika sudah
sampai pada kedalaman yang diinginkan (20) perlahan-lahan mata bor dikeluarkan
dengan memutar ke arah kiri disertai dengan tarikan.
d.
Contoh tanah
yang terbawa oleh kepala bor dilepaskan perlahan sampai bersih diatas tempat
(karung) dan usahakan tidak banyak merusak susunan tanah.
e.
Pengeboran
dilanjutkan lagi pada setiap ketebalan tanah 20 cm, 40 cm, dan 60 cm.
f.
Contoh tanah
hasil pengeboran pada setiap kedalaman diletakkan secara terpisah, kemudian
digabungkan dengan contoh tanah pada kedalaman yang sama di titik yang lain
sebanyak 1 kg.
g.
Selanjutnya
contoh tanah yang telah digabungkan seberat 1 kg dari beberapa titik
pengambilan sampel di aduk menggunakan cetok
(jangan menggunakan tangan).
3. Acara III. Pengambilan Contoh Tanah Terusik
a.
Membersihkan
permukaan bagian tubuh tanah yang akan diambil dari penutupantumbuhan, serasah,
dan batu.
b.
Meletakkan
ring sampel tanah pada permukaan tanah yang akan disidik denganbagian tajam
berada di sisi yang bersinggungan.
c.
Menekan
perlahan-lahan dengan tekanan merata sampai terbenam menggunakan palu atau
kekuatan tangan.
d.
Setelah
ring tertanam sesuai dengan kedalaman yang diinginkan, maka tanah disekelilingnya
digali, sehingga ring tersebut mudah diambil.
e.
Bersihkan
sisi luar ring dari tanah, menggunakan pisau.
f.
Menutup
kedua mulut ring dengan tutup plastik atau tutup ring sampel tanah, kemudian
isolasi dan beri label: kode tempat, kode perlakuan, kode tanah, nomor
perlapisan dan ciri istimewa lainnya.
4.
Acara IV. Penentuan Warna Tanah
a.
Tanah
harus lembab (jika mungkin kering dan lembab) tempat terlindung dari sinar
matahari.
b. Buatlah gulungan tanah dengan jari telunjuk dan ibu jari
hingga tanah menyerupai bola.
c. Tanah tersebut ditempatkan di bawah lubang kertas Muncell
dengan jari/pisau.
d. Jika warna tanah tidak tepat dengan warna pada buku
Muncell, maka diberikan angka – angka hue, value, atau kroma tertinggi dan
terendah yang membatasinya
5.
Acara V. Penentuan Tekstur Tanah
Penetapan tekstur
tanah di lapangan dapat di lakukan
dengan cara merasakan atau meramas conto tanah antara ibu jari dan telunjuk.
Caranya adalah sebagai berikut:
Ambil
segumpal tanah kira-kira sebesar kelereng basahi dengan air hingga tanah dapat
di tekan. Pijit contoh tanah dengan ibu
jari dan telunjuk , kemudian buatlah contoh tanah tersebut berbentuk benang,
sambil di rasakan. Langkah pertama yang perlu ditetapkan adalah apakah tanah
tersebut bertekstur liat, lempung berliat, lempung atau pasir.
a. Jika bentuk benang tersebut terbentuk dengan mudah dan
tetap merupakan pita panjang, maka contoh tanah tersebut besar kemungkinan
adalah liat.
b.
Jika
benang berbentuk pita mudah patah, kemungkinan lempung berliat.
c.
Jika
tidak terbentuk benang, kemungkinan lempung atau pasir. Untuk membedakan pasir
atau debu yang didominan dapat di lakukan dengan cara: jika terasa lembut
(halus dan licin) seperti tepung, maka debu yang didominasi; tetapi terasa
berbentuk butir-butir maka yang didominan adalah pasir.
6. Acara VI. Penentuan Ph Tanah
a. Tancapkan soil tester pada dinding
tanah sampai skala terbaca.
b. Tunggu hingga 2 menit sampai skala
yang terbaca benar-benar konstan.
c. Tulislah hasil pengamatan yang
diperoleh
d. Lakukan percobaan ini pada setiap
horizon tanah.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Acara
I. Pembuatan Penampang Tanah (Profil Tanah)
Hasil
pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut:
Hari dan tanggal : Sabtu, 12 April 2014
Nama : Roni Sampe Layuk
Hasil
Penelitian : Pengamatan profil tanah
Hasil pengamatan profil tanah dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel.3. Pengamatan profil tanah
No Horizon
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
Jeluk lapisan
|
O ( 0-6 cm)
|
A (6-42 cm)
|
B1 (42-99 cm)
|
B2 (42-99 cm)
|
Batas horizon
a. jelas tidak
b. topografi
|
Jelas
-
|
Jelas
-
|
Jelas
-
|
Jelas
-
|
Warna
a. nilai
b. sebutan
|
10 YR 3/2
-
|
10 YR 5/6
-
|
7.5 YR 7/6
-
|
7.5 YR 7/6
-
|
Tekstur
|
Pasir berliat
|
Pasir berliat
|
Pasir
|
Pasir
|
Struktur
a. tipe
b. kelas
|
Bulat bersudut
-
|
Prisma
-
|
Bulat bersudut
-
|
Bulat bersudut
-
|
Ph Tanah
|
6.8
|
6.1
|
6.8
|
-
|
Perakaran
a. ukuran
b. jumlah
|
-
Banyak
|
-
Sedang
|
-
Sedikit
|
-
Sedikit
|
Setelah kami selesai
membuat penampang tanah dengan kedalaman 150 cm, kami melakukan pengamatan dan
memperoleh hasil pada batas horizon O tidak jelas dan topografinya
bergelombang, horizon O memiliki ketebalan 6 cm, untuk menentukan warna tanah
dengan nilai kami menggunakan buku
warna tanah (Munsell soil colour chart)
dengan cara mengambil tanah horizon O yang dibulatkan seperti kelereng lalu
diletakan pada warna yang cocok pada buku warna tanah (Munsell soil colour chart) lalu lihat nilai yang tertera pada
lembar warna tanah yang hasilnya adalah 3/2 10YR. Setelah itu kami menentukan
tekstur tanah horizon O dengan cara meremas-remas tanah tersebut dan hasilnya
menunjukkan
tanah bertekstur pasir berlempung, setelah itu kami mengamati struktur dengan
cara mengambil tanah dan mejatuhkan butiran tanah pada kertas sehingga dipeoleh
hasil bahwa tanah pada horizon O memiliki struktur bulat bersudut. Setelah itu
kami mengamati perakaran yang terdapat pada horizon O yang berukuran 2-3 mm dan
jumlah perakaran banyak. Sedangkan untuk
mengukur Ph tanah digunakan alat soil tester, cara penggunaanya dengan
menancapkan soil tester pada horizon yang diukur, untuk mengetahui pH yang
tertera pada bagian atas jarum penunjuk.Horizon O memiliki ph tanah 6.8.
Untuk mengukur dan
mengamati pada horizon A menggunakan cara yang sama dengan pengukuran dan
pengamatan horizon O. Horizon A memiliki
ketebalan 6-37 cm,
pada horizon A batas horizon jelas dan
topografinya bergelombang, horizon A mempunyai nilai warna 5/6 10 YRyang
bertekstur pasir berlempung dengan struktur prisma.Sedangkan untuk ukuran
perakaran 1-2 cm dan jumlahnya sedang. Horizon A memiliki ph tanah 5,8% dan
kelembaban 60%.
Sedangkan pada horizon
B batas horizon tidak jelas sedangkan kondisi topografi bergelombang,
horizon B memiliki ketebalan 44-158 cm
dan nilai warna tanahnya 7.5YR7/6 yang bertekstur pasir dan untuk perakaran,
ukuran akar yang terdapat pada horizon B 0,1 mm yang jumlahnya sedikit.
Sedangkan ph tanahnya 6.0%.
B. Acara
II. Pengambilan Contoh Tanah Terusik
Hari dan tanggal : Sabtu, 12 April 2014
Nama : Roni Sampe Layuk
Hasil
penelitaian : Pengambilan contoh tanah terusik
Gambar
1. Pengambilan contoh tanah terusik
1.
Pengeboran dengan bor tanah
|
2. Saat
pencampuran
|
Pengambilan contoh
tanah terusik dengan menggunakan bor tanah yaitu dengan memutar bor ke kanan
dan ditekan agar bor dapat tertanam
hingga mencapai kedalaman 20 cm, setelah mencapai kedalaman tersebut tarik bor
perlahandengan memutar bor kearah kiri. Setelah itu ambil tanah yang menempel
pada mata bor dengan berhati-hati
tetapi jangan menggunakan tangan untuk mencampur tanah yang terambil,setelah
itu masukan pada kantong plastik. Setelah selesai melakukan pengeboran disuatu tempat, lakukan
kembali pengeboran pada tempat yang lain dengan jarak 20 meter. Lakukan hal
tersebut berulang-ulang hingga 4 lokasi yang berbeda.Setelah itu campurlah
tanah-tanah tersebut, bawa ke lab
untuk diamati.
C. Acara
III. Pengambilan Contoh Tanah Utuh
Hari dan tanggal : Sabtu, 12 April 2014
Nama : Roni Sampe Layuk
Hasil Pengamatan : Pengambilan Contoh Tanah Utuh
Hasil pengambilan contoh tanah utuh dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar
2. Pengambilan contoh tanah utuh
1.
Pemasangan ring sampel (O)
|
2. Pemasangan
ring sampel (A)
|
3. Ring
sampel mulai tenggelam
|
4. Perataan tanah
|
Pengambilan
contoh tanah utuh dilakukan pada penampang tanah bagian atas yang masih
terlihat unsur hara pada permukaan tanah. Pengambilan contoh tanah utuh ini dilakukan
dengan menggunakan ring sempel tanah pada permukaan tanah, bagian ring yang
tajam diletakan di bawah, setelah itu letakan ring yang satunya lagi diatasnya,
setelah itu tanamkan ring
dengan menumbuknya dengan menggunakan kayu/palu setelah kedua ring tersebut
tenggelam lalu ambillah ring dengan menggunakan cangkul. Yang diambil sebagai
sampel adalah ring yang di bawah. Setelah itu bersihkan dan ratakan permukaan
ring dengan menggunakan pisau dengan sangSat berhati-hati. Setelah itu tutup
kedua permukaan ring bagian atas dan bagian bawah dengan menggunakan tutup
ring. Lalu bawalah ke lab.
D. Acara
IV. Penentuan Warna Tanah
Hari dan tanggal : Sabtu, 12 April 2014
Nama : Roni Sampe Layuk
Hasil
penelitaian : Penentuan warna tanah
Hasil penelitan warna tanah
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.Pengamatan warna tanah
No
|
Horison
|
Warna
|
1.
|
O
|
10
YR 3/2
|
2.
|
A
|
10
YR 5/6
|
3.
|
BI dan B2
|
7.5 YR 7/6
|
2. Penentuan
warna padahorison A
|
1. Penentuan
warna pada horizon O
|
1111111111111111111111111111111111
3. Penentuan
warna pada horizon B1
|
4. Penentuan
warna pada horizon B2
|
Dalam menentukan warna tanah pada
pengamatan yang kami lakukan, kami menggunakan buku warna tanah
(Munsell soil colour chart).Tanah
pada setiap lapisan diambil kemudian dibentuk bulatan dan diletakan pada buku
warna tanah (Munsell soil colour chart)
setelah itu dicocokkan dengan nilai tanah yang ada pada buku warna tanah
(Munsell soil colour chart).
Warna
tanah yang teramati pada horizon O berwarna Brown
dengan felio 3/2 10YR. Warna tanah pada horizon A berwarna Brown dengan felio 5/6 10 YR. Warna tanah pada horizon B berwarna
Strong Brown dengan felio 7/6 7,5 YR.
E. Acara V. Penentuan Tekstur Tanah
Hasil
penentuan tekstur tanah dapat dilihat pada gambar berikut
Hari dan tanggal : Sabtu, 12 April 2014
Nama : Roni Sampe Layuk
Hasil penelitaian : Penentuan
tekstur tanah
Hasil penentuan tekstur tanah disajikan dalam tabel berikut:
Tabel
5.Pengamatan tekstur tanah
No
|
Horison
|
Tekstur
|
1.
|
O
|
pasir berlempung (rasa kasar terasa
jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah
sekali hancur).
|
2.
|
A
|
pasir berlempung (rasa kasar terasa
jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah
sekali hancur)
|
3.
|
B1 dan B2
|
Lempungberpasir
|
Gambar
4. Pengamatan tekstur tanah
1.
Tekstur tanah pada lapisan (O)
|
2.
Tekstur tanah pada lapisan (A)
|
3.
Tekstur tanah pada lapisan (B1)
|
4.
Tekstur tanah pada lapisan (B2)
|
Untuk mengetahui tekstur tanah pada
pengamatan yang kami lakukan di lapangan, dengan cara manual yaitu dengan
memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil
dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu
dan liat. Sehingga dari pengamatan yang kami lakukan secara
manual didapatkan hasil :
a. Horizon
pertama (O) pasir berlempung (rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat,
dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur).
b. Horizon
kedua (A) pasir berlempung (rasa kasar
terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah
sekali hancur).
c. Horizon ketiga (B) lempungberpasir(rasa
kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur,
maka tanah).
F.
Acara VI Penentuan Ph Tanah
Hari dan tanggal : Sabtu, 12 April 2014
Nama : Roni Sampe Layuk
Hasil
penelitaian : Pegukuran Ph Tanah
Hasil pengukuran ph tanah dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel
6. Pengukuran ph tanah
No
|
Horison
|
Ph
|
1.
|
O
|
6.8
|
2.
|
A
|
6.1
|
3.
|
B1 dan B2
|
6.0
|
Gambar
5.Pengukuran Ph tanah
1.
1. Pengukuran PH tanah pada lapisan O
|
2. Pengukuran PH
tanah pada lapisan B
|
Untuk
mengetahui Ph tanah yang kami amati di lapangan, kami menggunakan soil tester. Soil
tester di tancapkan pada penampang tanah mulai dari horizon O sampai horizon B.
Agar tidak mengalami kesulitan kami menancapkan soil tester pada bagian tanah
yang tidak keras sehingga soil tester bisa terbaca dengan benar.Setelah soil tester tertancap
pada penampang tanah yang diamati, kami menunggu sekitar 2 menit sampai skala
yang terbaca pada soil tester benar-benar konstan. Dari pengamatan pH tanah,
nilai pH yang diperoleh dari setiap horizon adalah sebagai berikut:
a.
Horison
O nilai pH sebesar 6.8
b.
Horison
B nilai pH sebesar 6.1
c.
Horison
B nilai pH sebesar 6.0
Ph
tanah mengalami penurunan pada setiap horizon.Hal ini menunjukan bahwa tingkat
kemasanan tanah semakin kebawah semakin berkurang.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum ilmu tanah
hutan yang dilakukan di Taman Botani dapat disimpulkan bahwa:
1.
Pembuatan
profil tanah dilakukan dengan cara menggali tanah dengan ukuran panjang 2 meter, lebar 2 meter
dan kedalaman 1.5
meter. Hal ini dimaksudkan agar kita dapat leluasa berdiri dan melekukan
pengamatan di dalam tanah.
2. Cara
pengambilan sempel tanah yaitu:
a. Pengambilan
sempel tanah terusik yaitu dengan mengebor tanah sedalam 20 cm di 4 tempat yang
berbeda dengan jarak antara titik yang satu dengan titik yang lain yaitu 20
meter lalu tanah-tanah tersebut dicampur.
b. Pengambilan
sempel tanah utuh dengan menggunakan ring yang di tancapkan pada tanah dan
dibawa ke lab.
3. Warna tanah
pada setiap lapisanyaitu:
a. Lapisan
O adalah lapisan paling atas yang berwarna hitam kecoklatan.
b. Lapisan
B adalah lapisan bawah yang berwarna kuning kemerahan.
c. Lapisan
C adalah lapisan yang banyak mengandung unsure nikel, lapisan ini berwarna
kemerah.
4.
Tekstur tanah pada setiap lapisan
horizon yaitu:
a.
Lapisan O dan A bertekstur pasir berlempung
b.
Lapisan B bertekstur lempung berpasir .
5.
Ph
tanah mengalami penurunan dari horizon O sampai horizon B, dengan nilai ph
setiap horizon yaitu:
a.
Horison
O 6.8
b.
Horison
A 6.1 dan horison B 6.0
B. Saran
Karakteristik tanah dapat diamati
pada hutan karena tanah hutan bersifat asli sehingga ini merupakan landasan
mengapa ilmu tanah hutan sangat penting untuk dipelajari.Hal ini juga yang
menjadi dasar kami melakukan praktikum ilmu tanah di Taman Botani.Setelah melakukan praktikum ilmu tanah
hutan, disarankan agar pada praktikum berikutnya mahasiswa datang tepat waktu
agar praktikum bisa berlangsung dengan baik dan cepat.Selain itu, mahasiswa
juga dituntut untuk mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan terlebihdahulu agar
pada saat praktikum berlangsung tidak terjadi kesulitan dalam pembuatan
penampang tanah.
Penulis
juga menyarankan kepada setiap pembaca khusunya mahasiswa STIPER jurusan kehutanan untuk memberikan masukan
yang dapat membangun penulis dalam pembuatan laporan selanjutnya.